kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Daya beli mengerek sektor ritel


Jumat, 08 April 2016 / 19:34 WIB
Daya beli mengerek sektor ritel


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) menargetkan pertumbuhan tahun 2016 sebesar 6,7%. Perseroaan sudah menyiapkan belanja modal / capital expenditure (capex) sebesar Rp 300 miliar.

Sumbernya dari dana sendiri dan belum ada pemikiran untuk peminjaman. "Alokasi untuk outlet baru, ada 20 supermarket yang kita rubah jadi SPAR," kata Setiadi Surya, Direktur RALS, Jumat (8/4).

SPAR sendiri merupakan perubahan dari gerai Robinson. Ekspansi itu sendiri hanya di kota besar di pulau Jawa. Menurut Setiadi, untuk ekspansi di luar Jawa masih ada banyak ketidakpastian.

Target penjualan RALS tahun ini sebesar Rp 8,3 triliun. Dari Januari sampai Maret, penjualan RALS mencapai Rp 1,484 triliun. Setiadi juga bilang akan ada peningkatan penjualan yang tinggi saat bulan Mei, Juni dan Juli.

Sementara Fernando Repi, Manajer Komunikasi Korporasi PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) mengatakan tahun 2015 ini akan terus ada ekspansi di jawa maupun pulau jawa. Dengan adanya penambahan 9 sampai 10 Hypermart yang di bulan Mei nanti akan dibuka di Jambi dan Pangkal Pinang. "Target penjualan untuk tahun ini 10 sampai 12%," kata Fernando.

Strategi untuk tahun ini tetap ekspansi dengan hati-hati. Sebab manajemen masih melihat lihat perkembangan gerai yang ada. setelah itu akan ada fokus operasional dengan toko yang sudah berjalan. Hypemart Smart club yang berbentuk grosir memfasilitasi kebutuhan pembelian dalam jumlah besar.

Serta meluncurkan Hypermart Premier yang merupakan supermarket kelas premium yang hanya ada di mal. "Karena kita lihat kenaikan konsumsi menengah ke atas itu baik sekali dan mereka tidak berpengaruh ekonomi," ungkap Fernando.

David Nathanael Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital melihat prospek pertumbuhan sektor retail cukup berat. Walaupun tahun ini masih akan bertumbuh. "Saat ini daya beli masyarakat masih ada penurunan namun masih bagus," kata David

Faktor yang mendukung pertumbuhan adalah inflasi rendah membuat harga tidak naik banyak. Selain itu rencana pemerintah untuk menaikkan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) akan baik.

Sementara menurut Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan bahwa tahun lalu sektor retail berat karena daya beli masyarakat lemah. Ditambah nilai tukar rupiah dan harga komoditas tahun lalu tidak bagus. Sumbernya karena perlambatan daya ekonomi dunia.

Namun tahun ini pertumbuhan sektor retail akan berbeda. Karena nilai tukar rupiah cenderung lebih baik. Penjualan ritel agak tersendat tapi peran pemerintah cukup bagus untuk naikan daya beli masyarakat.

Katalis positif berasal dari belanja pemerintah punya multiplier effect untuk menaikkan daya beli masyarakat. Serta harga komoditas yang berangsur naik. Ditambah Harga tukar rupiah yang lebih stabil dari tahun sebelumnya. Serta suku bunga (Bi Rate) yang turun juga buat daya beli masyarakat bagus dan konsumsi masyarakat meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×