Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat indeks sektoral tengah melaju, indeks konsumer non siklikal malah menunjukkan performa negatif selama tahun berjalan 2025. Sejumlah analis menilai, hal ini disebabkan oleh daya beli masyarakat yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Pada akhir perdagangan Rabu, (10/9/2025), IDX Consumer Non-Cyclicals bergerak di level 716,53 atau menguat 0,26%. Dalam sebulan terakhir, indeks sektor ini menguat 1,72%. Tapi sejak awal tahun, indeks ini terkoreksi 0,06%.
Pelemahan secara tahun berjalan ini berkebalikan dengan 10 indeks sektoral lain yang seluruhnya menghijau. Kontras ini paling tampak bila dibandingkan dengan performa IDX Technology yang telah meroket 141,08% YtD dan sektor barang baku yang melaju 31,96% YtD.
Menurut Research Analyst MNC Sekuritas, Catherine Florencia, hal ini dipicu oleh lemahnya daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah. Ini diperparah dengan masifnya tren pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masih berlangsung hingga saat ini.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham IDX BUMN20 yang Kinerja Kalah dari IHSG
Catherine melihat, saham pemberat indeks ini ialah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan koreksi 25,26% YtD, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang minus 18,90% YtD, dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang melemah 23,74% YtD.
Dari sisi emiten, Catherine melanjutkan, emiten itu tengah mengalami kenaikan input biaya, terutama emiten yang mengandalkan bahan baku impor dan terdampak ketidakpastian tarif resiprokal Amerika Serikat seperti MYOR. Dus, emiten-emiten ini tidak cukup kuat untuk asal menaikkan harga jual ke konsumen.
“Karena jika dipaksa untuk menaikkan average selling price (harga jual), pastinya akan semakin menekan volume penjualan,” urai Catherine saat dihubungi Kontan, Rabu (10/9/2025).
Tak cuma itu, Equity Research Analyst OCBC Sekuritas, Jessica Leonardy menambahkan, lesunya laju indeks sektoral ini juga disebabkan pergeseran waktu hari raya Idul Fitri dan lambatnya pemulihan penjualan pasca periode tersebut.
Namun Jessica mengamati, saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menunjukkan performa yang cukup baik.
“Untuk KLBF masih cukup solid dan masih in-line dengan ekspektasi kami dan konsensus untuk top-line dan bottom-line di 1H25,” kata Jessica.
Prospek dan rekomendasi saham
Catherine menaksir, prospek kinerja indeks ini masih akan lesu seiring belum adanya stimulus berarti yang mampu memacu daya beli masyarakat. Apa lagi, sentimen pergantian kabinet Presiden Prabowo Subianto, khususnya posisi menteri keuangan, membuat investor untuk bersikap wait and see terhadap penyesuaian kebijakan pejabat baru.
“Namun, sektor poultry akan masih favorable ke depannya,” ujar Catherine.
Di sisi lain, Jessica melihat ada peluang perbaikan indeks ini di semester II 2025, seiring penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, peningkatan belanja pemerintah, dan pelonggaran kebijakan moneter.
Baca Juga: Ini Penyebab IDX Infrastruktur Masih Melemah Sejak Awal Tahun 2025
Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga berencana untuk terus menggulirkan paket stimulus ekonomi pada semester II 2025, yang detail stimulusnya akan diumumkan bulan ini.
“Continued government stimulus ini berpotensi menjaga konsumsi rumah tangga, terutama terhadap staple products,” ujar Jessica.
Maka, Jessica merekomendasikan saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan target harga Rp 9.600, KLBF Rp 1.560, dan AMRT Rp 2.900 per saham.
Sementara itu, Catherine merekomendasikan investor untuk mencermati saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).
Selanjutnya: Net Sell Asing di Pasar Saham Menambah Tekanan untuk Rupiah
Menarik Dibaca: Hujan Amat Lebat di Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (11/9) dari BMKG
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News