kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.462.000   9.000   0,37%
  • USD/IDR 16.663   -15,00   -0,09%
  • IDX 8.660   40,02   0,46%
  • KOMPAS100 1.192   10,20   0,86%
  • LQ45 848   1,27   0,15%
  • ISSI 313   2,80   0,90%
  • IDX30 434   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 501   -0,35   -0,07%
  • IDX80 134   1,11   0,84%
  • IDXV30 138   1,59   1,16%
  • IDXQ30 138   -0,09   -0,07%

Net Sell Asing di Pasar Saham Menambah Tekanan untuk Rupiah


Rabu, 10 September 2025 / 20:04 WIB
Net Sell Asing di Pasar Saham Menambah Tekanan untuk Rupiah
ILUSTRASI. Aksi net sell jumbo investor asing di pasar saham dinilai turut memberi tekanan pada rupiah. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/22/10/2024


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi net sell jumbo investor asing di pasar saham dinilai turut memberi tekanan pada rupiah.

Pada perdagangan Selasa (9/9/2025), investor asing melakukan aksi jual besar-besaran dengan total net sell Rp 4,55 triliun di seluruh pasar, terutama di saham perbankan seperti BBRI, BMRI, dan BBCA.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M Rizal Taufikurahman mengatakan, penjualan asing di ekuitas memperlemah kepercayaan pasar. “Ditambah dengan pelemahan IHSG yang cukup dalam pada Selasa,” katanya kepada Kontan, Rabu (10/9/2025).

Rizal menuturkan, walaupun korelasi rupiah lebih kuat ke pasar Surat Berharga Negara (SBN), arus keluar sebesar ini tetap menambah tekanan untuk rupiah. Meskipun, ia menilai tekanan akan bersifat jangka pendek.

Baca Juga: Rupiah Menguat Tipis Didorong Faktor Global, Simak Proyeksinya untuk Kamis (11/9)

“Pasalnya outflow di saham sering diikuti penyesuaian posisi valas oleh investor asing,” jelas Rizal.

Menurut Rizal, fundamental rupiah ke depan tercermin dari laju inflasi. Data BPS menunjukkan inflasi Agustus 2025 sebesar 2,35% YoY, yang masih berada dalam target 1,5%–3,5%.

Adapun neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus yang konsisten, yakni US$ 4,17 miliar pada Juli 2025. Secara kumulatif, surplus pada separuh pertama tahun ini sudah mencapai US$ 19,5 miliar.

Namun, Rizal mengingatkan adanya faktor risiko dari kebijakan moneter. Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan menjadi 5,00% dari sebelumnya 5,25% pada Agustus lalu. Dengan begitu, diferensial suku bunga dengan Fed Funds Rate yang juga berada di 5,25% menyempit.

“Artinya, walaupun fundamental cukup kokoh, tetapi daya tarik aset rupiah masih melandai,” ujar Rizal.

Sementara itu, Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede melihat, kekhawatiran fiskal domestik mulai mereda pada Rabu, (10/9/2025).

Maka dari itu, ia menilai, rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya di sisa pekan ini.

Baca Juga: Investor Asing Guyur Rp 77 Triliun ke SBN, Purbaya Klaim Rupiah Makin Perkasa

“Rupiah bisa lanjut menguat seiring potensi perlambatan inflasi harga produsen AS yang akan dirilis malam nanti,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (10/9/2025).

Dalam jangka pendek, dengan asumsi inflasi AS sesuai ekspektasi dan Bank Indonesia (BI) tetap mengintervensi, Rizal menaksir rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 16.420–Rp 16.550 per dolar AS.

Best case, rupiah bisa menguat ke Rp 16.350, apabila capital inflow kembali masuk ke SBN,” imbuh Rizal.

Namun, Rizal memandang jika outflow asing berlanjut, misalnya di atas Rp 3 triliun per hari, maka rupiah bisa menembus Rp 16.600.

Sedangkan Josua melihat, rupiah pada Kamis (11/10/2025) bisa bergerak dalam rentang Rp 16.400–16.500 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×