Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca pertemuan FOMC dan keputusan The Federal Reserves untuk menahan suku bunga acuan, laju dollar AS pun tertahan. Namun, kondisi USD yang tengah lesu tak serta merta membuat mata uang euro lebih perkasa. Justru, euro diprediksi melanjutkan tren pelemahan jika dollar AS kembali mendapat sokongan dari data ekonomi yang positif pekan ini.
Mengutip Bloomberg, Kamis (3/5) pukul 18.06 WIB, pasangan EUR/USD naik tipis 0,23% ke level 1,1978. Namun, dalam sepekan, euro tercatat sudah melemah 1,03% terhadap dollar AS.
Secara fundamental, analis Monex Investindo Faisyal menilai, dollar AS masih terbilang kuat. Penguatan USD pekan ini terutama disokong oleh data-data perekonomian yang positif, di antaranya data tenaga kerja ADP sektor swasta yang dirilis melebihi ekspektasi yaitu sebanyak 204.000.
Sebaliknya, indikator ekonomi Uni Eropa yang signifikan justru tampak loyo. Hari ini, tingkat inflasi dirilis hanya tumbuh 1,2% year-on-year (yoy) per April, atau melambat dari bulan sebelumnya di level 1,3% yoy. Data PDB Uni Eropa sepanjang kuartal pertama tahun ini juga cuma tumbuh 0,4% atau lebih lambat daripada pertumbuhan PDB di kuartal sebelumnya yang mencapai 0,6%.
Faisyal mengatakan, USD berpotensi menguat jika data klaim pengangguran dan non-farm payroll pada pekan ini kembali dirilis positif. Untuk itu, ia memprediksi mata uang euro masih akan tertekan versus dollar AS.
Secara teknikal, Faisyal menganalisis, saat ini pasangan EUR/USD bergerak di bawah MA 50, 100, maupun 200. Indikator MACD juga berada di zona negatif pada level 0,0041. Sementara, indikator RSI dan Stochastic masing-masing berada di level 38,06 dan 57,80. Secara keseluruhan, indikator teknikal masih mengindikasikan tren bearish untuk euro.
Untuk itu, Faisyal merekomendasi sell on rally pasangan EUR/USD dengan prediksi level support 1,1960 - 1,1900 - 1,1830 dan resistance 1,2050 - 1,2100 -1,2175.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News