kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dollar AS masih menjadi jawara


Rabu, 02 Mei 2018 / 07:25 WIB
Dollar AS masih menjadi jawara


Reporter: Danielisa Putriadita, Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang cenderung lebih tinggi dari ekspektasi membuat kurs dollar AS kian perkasa di hadapan mata uang utama lainnya. Buktinya, pasangan EUR/USD melemah 0,41% ke level 1,2029. Serupa, GBP/USD pun terkikis 0,5% menjadi 1,3694 dan pairing USD/JPY menguat 0,3% ke posisi 109,67.

Untuk saat ini, posisi dollar AS memang tak tergoyahkan. Setelah akhir pekan lalu, data ekspektasi pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam di kuartal I-2018 mencapai 2,3%. Angka ini lebih tinggi dari konsensus proyeksi ekonom yang hanya sebesar 2%.

Data ciamik ini memperkuat perkiraan pasar mengenai kenaikan suku bunga The Federal Reserve yang lebih agresif. Sentimen ini juga menjadikan pasangan EUR/USD bergerak dalam tren melemah.

Apalagi, Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi menyatakan tetap akan menebar stimulus. "Tidak adanya tapering off dalam waktu dekat membuat pasar kecewa," kata Alwy Assegaf, analis Global Kapital Investama, Senin (30/4). Karena itu, ia memprediksi EUR/USD masih melemah hari ini.

GBP/USD juga melemah lantaran data ekonomi Inggris belum kondusif. Ini memupuskan harapan adanya kenaikan suku bunga Bank of England (BoE) di bulan ini. Anthonius Edyson, Research Analyst Astronacci International, menyebut, poundsterling tertekan sentimen data pertumbuhan ekonomi yang jauh di bawah ekspektasi.

Asal tahu saja, estimasi awal pertumbuhan ekonomi Inggris sepanjang kuartal I-2018 hanya 0,1%. Hal ini didorong oleh penurunan tajam di sektor konstruksi. Ditambah dengan adanya sentimen dari FOMC, peluang poundsterling untuk menguat terhadap dollar AS tipis.

Sementara yen tertekan lantaran konflik geopolitik di Semenanjung Korea mereda. Analis Rifan Financindo Yohanes Sigit Hartono menambahkan, Bank of Japan (BoJ) makin ragu menetapkan waktu pencapaian target inflasi. Ini membuat JPY tak mampu mengungguli dollar AS.

Di samping itu, yen juga berpotensi mengalami penjualan besar-besaran menyusul rencana perusahaan farmasi raksasa Jepang, Takeda Pharmaceutical, yang akan membeli Shire, perusahaan biofarmasi di London. Jika disepakati, ini menjadi akuisisi perusahaan asing terbesar oleh perusahaan Jepang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×