kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Data domestik tak cukup kuat menjaga rupiah


Jumat, 03 Agustus 2018 / 20:59 WIB
Data domestik tak cukup kuat menjaga rupiah
ILUSTRASI. Seorang teller menunjukan mata uang dollar


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data ekonomi dalam negeri yang positif belum mampu melawan kuatnya pengaruh negatif faktor eksternal seperti perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Rupiah selama sepekan pun cenderung melemah.

Mengutip Bloomberg, di pasar spot Jumat(3/8), rupiah melemah 0,14% menjadi Rp 14.498 per dollar AS. Selama sepekan rupiah melemah 0,56%.

Sementara, mengutip website Bank Indonesia, kurs tengah BI mencatat rupiah tercatat melemah 0,39% menjadi Rp 14.503 per dollar AS. Sedangkan selama sepekan rupiah melemah 0,14%.

Fikri C. Permana, Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menjabarkan pelemahan rupiah sepekan ini lebih dipengaruhi oleh sentimen eksternal. "Ketakutan dampak lanjutan perang dagang AS dan China masih menjadi sentimen negatif bagi semua mata uang emerging market," kata Fikri, Jumat (3/8).

Dari dalam negeri potensi rupiah untuk menguat semakin berat karena tingkat yield obligasi Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun anik mencapai 7,84% di hari ini karena dampak kenaikan yield US Treasury tenor 10 tahun ke angka 2,98% di periode yang sama.

Inflasi inti yang mulai pulih ke angka 0,28% secara month on month (mom) belum mampu meningkatkan permintaan rupiah di dalam negeri ataupun menurunkan presepsi risiko asing terhadap pasar keuangan Indonesia. Padahal, beberapa waktu terakhir kecenderungan asing inflow sudah ada tetapi rupiah masih cenderung terdepresiasi sepekan ini.

"Penggunaan INDONIA sebagai acuan Pasar Bank Antar Bank (PUAB) baru dan penyerapan SUN di pasar primer di angka Rp 20 triliun juga belum cukup meningkatkan penguatan rupiah," kata Fikri.

Sepekan ke depan, Fikri memproyeksikan faktor eksternal masih menajdi isu utama bagi pergerakan rupiah. Selain tensi perang dagang AS dan China yang belum berakhir dan non-farm payroll AS yang keluar nanti malam perlu dicermati.

"Dampak kenaikan suku bunga Bank of England di minggu lalu dan kekuatan meningkatnya yield surat utang Italia saya kira memiliki kecenderungan negatif terhadap rupiah," kata Fikri.

Sedangkan data dalam negeri yang perlu dicermati adalah cadangan devisa dan hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) di pasar primer.

Fikri memproyeksikan rupiah sepekan depan bergerak di rentang Rp 14.400 per dollar AS hingga Rp 14.700 per dollar AS dan cenderung terdepresiasi. Sedangkan untuk Senin (6/8) rupiah diproyeksikan berada di rentang Rp 14.500 per dollar AS hingga Rp 14.600 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×