Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Yudho Winarto
Hanya indeks Straits Times Singapura (12,5 kali) dan Hang Seng Hong Kong (11,6 kali) yang mencatat valuasi lebih rendah dari IHSG.
Menurut Steven, pelemahan rupiah sejak September 2024 menjadi salah satu faktor penekan, dipicu ekspektasi suku bunga tinggi dari The Fed dan ketidakpastian fiskal di dalam negeri, terutama soal pembiayaan program makan bergizi gratis.
Baca Juga: Intip Saham-Saham Favorit Asing di Tengah Reli IHSG Kemarin, Ada ASII dan TLKM
“Pemerintahan baru di bawah Prabowo Subianto menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan program populis dengan disiplin fiskal. Pertanyaan muncul soal sumber pendanaan, efektivitas realokasi anggaran, hingga risiko pelebaran defisit,” ujar Steven.
Dari sisi eksternal, ketegangan geopolitik dan ancaman tarif AS turut mendorong capital outflow dari pasar negara berkembang.
Sentimen negatif diperparah aksi jual asing terhadap saham-saham perbankan besar, serta keraguan pasar terhadap tata kelola dan transparansi Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.
Kondisi ini membuat volatilitas pasar meningkat, terutama karena dominasi investor ritel yang cenderung reaktif.
“Minimnya sokongan institusi membuat IHSG lebih rentan terhadap guncangan global,” ujarnya.
Meski tekanan masih tinggi, Steven melihat peluang arus balik dana asing tetap terbuka pada semester II-2025, terutama jika The Fed mulai longgar, rupiah menguat, dan tensi global menurun.
Sektor teknologi dan barang konsumsi siklikal dinilai paling tertekan, sementara sektor defensif seperti utilitas publik, kesehatan, dan barang konsumsi primer diprediksi lebih stabil.
Baca Juga: Menakar Prospek IHSG di Antara Indeks Saham Bursa Asia
Steven memperkirakan, IHSG akan bergerak sideways di kisaran 6.900–7.300 hingga akhir 2025.
Strategi terbaik menurutnya adalah fokus pada saham-saham defensif dan undervalued seperti perbankan dan barang konsumsi primer.
“Manfaatkan koreksi pasar untuk akumulasi bertahap di saham berfundamental kuat dan dividen menarik,” pungkasnya.
Sementara itu, Nico merekomendasikan fokus pada sektor energi, kesehatan, eksplorasi, pengolahan, dan distribusi bahan mentah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News