kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana kelolaan reksadana turun Rp 7,6 triliun di November, kenapa?


Selasa, 10 Desember 2019 / 22:00 WIB
Dana kelolaan reksadana turun Rp 7,6 triliun di November, kenapa?
ILUSTRASI. Ilustrasi foto menanam uang dengan tema Reksadana. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/04/07/2019


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan industri reksadana atau asset under management (AUM) per November 2019 tercatat turun Rp 7,6 triliun atau sekitar 1,41% dibandingkan bulan sebelumnya atau month on month (mom). Penyebab utama penurunan tersebut karena adanya pembubaran reksadana saham terkait kasus Narada Asset Management di bulan lalu.

Berdasarkan data Infovesta Utama per Selasa (10/12) membukukan dana kelolaan industri reksadana di November yakni Rp 534,57 triliun. Capaian AUM tersebut lebih rendah jika dibandingkan perolehan Oktober yang mencapai Rp 542,22 triliun.

Baca Juga: Kumpulkan AUM terbanyak di November, Batavia Prosperindo targetkan AUM 2020 naik 15%

Penurunan AUM tertinggi terjadi pada reksadana campuran yang melorot 6,72% menjadi Rp 2,14 triliun. Disusul penurunan selanjutnya pada reksadana saham yang turun 6,07% atau sekitar Rp 8,75 triliun menjadi Rp 135,22 triliun di November 2019. 

Ada juga reksadana pasar uang yang mencatatkan penurunan sebanyak 2,55% ke level Rp  69,09 triliun. Begitu juga dengan reksadana DIRE dan KIK yang tercatat turun tipis 0,02% ke level Rp 18,47 triliun. 

Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, turunnya AUM reksadana di November sebagian besar dikarenakan penurunan pada reksadana saham, terutama akibat pembubaran reksadana. "Di samping itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri cenderung turun di November 2019," kata Wawan kepada Kontan, Selasa (10/12).

Baca Juga: Dana kelolaan Schroders turun, ini penyebabnya

Sedangkan produk reksadana yang masih mencatatkan kenaikan di November yakni reksadana indeks yang tumbuh 14,91% ke level Rp 8,11 triliun, disusul dengan ETF yang tumbuh 2,12% ke level Rp 15,53 triliun. 

Selanjutnya, reksadana terproteksi juga mencatatkan kenaikan 2,10% menjadi Rp 146,75 triliun, diikuti kenaikan tipis pada reksadana pendapatan yang tumbuh 0,60% menjadi Rp 111,65 triliun per November 2019. 

Wawan mengungkapkan, untuk reksadana berbasis obligasi masih cenderung bergerak naik, karena ditopang sentimen penurunan suku bunga. Kondisi bunga rendah, tentunya lebih menarik di mata investor di samping harganya yang juga naik. 

"Untuk ETF dan indeks sendiri, memang investor berbasis saham shifting lari ke sana. Apalagi dengan kasus pembubaran kemarin membuat reksadana indeks dan ETF yang isinya lebih transparan dipandang jadi pilihan yang lebih aman," jelasnya.

Di sisa akhir 2019, Wawan optimistis AUM industri reksadana masih akan bertumbuh dan diproyeksikan mampu menyentuh level Rp 540 triliun. Salah satu sentimen pendukungnya berasal dari tren windows dressing akhir tahun yang berpotensi mendorong harga saham Tanah Air kembali menanjak. 

Baca Juga: Asing catatkan net buy Rp 41,73 triliun sejak awal 2019, OJK: Pasar masih terjaga

Di samping itu, produk reksadana berbasis obligasi dinilai masih jadi tulang punggung kenaikan AUM di sisa 2019 karena mendapatkan kupon. Bahkan, di tahun depan Wawan berekspektasi suku bunga acuan (BI7DRR) akan turun ke level 4,5% dari level hari ini 5%. 

"Tahun depan obligasi akan tetap jadi primadona. Untuk yield SUN diperkirakan 6,5% dan korporasi 8% di 2020 nanti," tandasnya.

Sekadar informasi, data AUM per November 2019 tersebut hanya AUM reksadana  rupiah dan tidak termasuk reksadana penyertaan terbatas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×