Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
Wawan mengungkapkan, untuk reksadana berbasis obligasi masih cenderung bergerak naik, karena ditopang sentimen penurunan suku bunga. Kondisi bunga rendah, tentunya lebih menarik di mata investor di samping harganya yang juga naik.
"Untuk ETF dan indeks sendiri, memang investor berbasis saham shifting lari ke sana. Apalagi dengan kasus pembubaran kemarin membuat reksadana indeks dan ETF yang isinya lebih transparan dipandang jadi pilihan yang lebih aman," jelasnya.
Di sisa akhir 2019, Wawan optimistis AUM industri reksadana masih akan bertumbuh dan diproyeksikan mampu menyentuh level Rp 540 triliun. Salah satu sentimen pendukungnya berasal dari tren windows dressing akhir tahun yang berpotensi mendorong harga saham Tanah Air kembali menanjak.
Baca Juga: Asing catatkan net buy Rp 41,73 triliun sejak awal 2019, OJK: Pasar masih terjaga
Di samping itu, produk reksadana berbasis obligasi dinilai masih jadi tulang punggung kenaikan AUM di sisa 2019 karena mendapatkan kupon. Bahkan, di tahun depan Wawan berekspektasi suku bunga acuan (BI7DRR) akan turun ke level 4,5% dari level hari ini 5%.
"Tahun depan obligasi akan tetap jadi primadona. Untuk yield SUN diperkirakan 6,5% dan korporasi 8% di 2020 nanti," tandasnya.
Sekadar informasi, data AUM per November 2019 tersebut hanya AUM reksadana rupiah dan tidak termasuk reksadana penyertaan terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News