kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana kelolaan reksadana syariah turun 10,45%


Rabu, 03 Agustus 2016 / 22:04 WIB
Dana kelolaan reksadana syariah turun 10,45%


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Moncernya pasar modal domestik memicu aksi ambil untung atau profit taking investor reksadana syariah. Akibatnya, dana kelolaan reksadana syariah susut 10,45% dari Rp 11,75 triliun di akhir Desember 2015 menjadi Rp 10,52 triliun di akhir Juli 2016.

Data Infovesta Utama, penurunan terbesar dipicu oleh dana kelolaan exchange traded fund (ETF) syariah sebesar 54,62% menjadi Rp 287 miliar. Dana kelolaan reksadana indeks syariah juga turun 46,56% menjadi Rp 117,15 miliar.

Demikian juga dengan reksadana campuran syariah yang turun 36,22% menjadi Rp 1,14 triliun serta reksadana saham syariah turun 18,44% menjadi Rp 4,63 triliun pada periode yang sama.

Aksi ambil untung tercermin dari turunnya unit penyertaan reksadana syariah. Di mana, total unit penyertaan reksadana syariah turun 13,78% dari 9,33 miliar unit menjadi 7,96 miliar unit.

Unit penyertaan ETF syariah tercatat minus 62,44%, indeks syariah minus 55,53%, campuran syariah minus 42,36% dan saham syariah turun 24,41%.

"Penurunan dana kelolaan reksadana syariah disebabkan karena adanya aksi jual investor di reksadana syariah yang memiliki risiko relatif besar seperti saham, campuran, indeks dan ETF," jelas analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo, Rabu (3/8).

Menurut Beben, investor merealisasikan keuntungan karena kondisi pasar saham sudah berada di level titik jenuh beli atau rawan koreksi.

Analisis dia, investor kemudian mengalihkan investasi ke jenis reksadana syariah yang memiliki risiko lebih rendah. Buktinya, dana kelolaan dan unit penyertaan reksadana pasar uang, pendapatan tetap dan terproteksi mengalami kenaikan. "Investor beralih ke instrumen yang lebih aman," tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×