Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham dan terproteksi menjadi penopang utama pertumbuhan dana kelolaan industri reksadana sepanjang semester satu lalu. Kedua jenis reksadana tersebut mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan yang besar, di tengah ketidakpastian pasar finansial.
Infovesta Utama mencatat, dana kelolaan reksadana saham tumbuh 12,17%, atau setara Rp 15,7 triliun, sejak awal tahun menjadi Rp 144,61 triliun di akhir Juni lalu. Dana kelolaan reksadana terproteksi tumbuh 7,15% jadi Rp 117,29 triliun.
Dana kelolaan reksadana lain justru turun. Misal, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap berkurang Rp 4,24 triliun jadi Rp 102,40 triliun. Lalu, dana kelolaan reksadana campuran berkurang Rp 2 triliun jadi Rp 26,48 triliun. Dana kelolaan reksadana pasar uang juta turun tipis, sekitar Rp 10 miliar, menjadi Rp 51,82 triliun.
Managing Director, Head Sales & Marketing Henan Putihrai Asset Management Markam Halim mengatakan, kenaikan dana kelolaan reksadana saham cenderung pesat di kuartal I-2018. Pasalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang dalam fase bullish di periode tersebut.
Kondisi pasar yang kondusif pada akhirnya mendorong peningkatan nilai aset dan jumlah investor pada reksadana saham. Alhasil, dana kelolaan reksadana tersebut juga meningkat.
Wait and see
Direktur Bahana TCW Investment, Soni Wibowo menyebut, di tengah pasar yang terkoreksi, permintaan investor terhadap reksadana saham sebenarnya tetap ada, walaupun tidak sebesar di awal semester I. "Sebagian investor melihat penurunan IHSG sebagai kesempatan untuk akumulasi beli, baik melalui fresh money atau switching dari reksadana lain," tutur dia, Selasa (24/7).
Markam menilai, jika IHSG mampu rebound secara berkelanjutan, investor dengan jumlah dana besar akan masuk ke reksadana saham. "Tapi kalau situasi pasar masih tidak pasti seperti saat ini, investor cenderung wait and see," jelas dia.
Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya berpendapat, pertumbuhan dana kelolaan reksadana terproteksi berasal dari kombinasi tingginya penerbitan obligasi korporasi dan banyaknya reksadana terproteksi yang terbit.
Markam menyebut, banyaknya reksadana terproteksi baru yang beredar di semester satu cukup berpengaruh terhadap kenaikan dana kelolaan instrumen tersebut. Apalagi, minat investor pada reksadana terproteksi cukup tinggi.
Reksadana ini utamanya diminati investor institusi yang memiliki target imbal hasil tertentu. "Ketika pasar sedang koreksi, investor mengamankan targetnya dengan masuk ke reksadana terproteksi yang imbal hasilnya sudah bisa diukur," terang Markam.
Soni meyakini dana kelolaan reksadana terproteksi masih berpotensi tumbuh besar di semester kedua ini. Apalagi, permintaan reksadana yang menjaga agar modal investasi investor tak hilang ini cukup tinggi di saat pasar finansial tertekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News