Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto
Sementara Farash melihat, penurunan juga tidak terlepas dari mulai jatuh temponya beberapa underlying deposito di reksadana yang banyak ditempatkan di akhir tahun lalu.
Tapi, ia juga melihat penurunan juga disebabkan oleh aksi switching akibat mulai optimistisnya investor terhadap kinerja aset lain, seperti reksadana saham.
Oleh karena itu, Farash melihat pada bulan ini, ada potensi AUM reksadana saham akan kembali melanjutkan tren pertumbuhan seiring didorong oleh optimisme pemulihan bisnis.
Sementara untuk reksadana pendapatan tetap, ia meyakini berpotensi melambat jika harga obligasi tidak berhasil rebound.
“Walaupun kalau dilihat AUM reksadana pendapatan tetap masih naik di Februari padahal harga obligasi sudah mulai turun. Kemungkinan ini didukung oleh angka inflasi yang rendah sehingga masyarakat melihat reksadana pendapatan tetap menarik karena real returnnya tinggi,” imbuh Farash.
Baca Juga: Sepekan lalu indeks reksadana kompak tumbuh
Sementara Rudiyanto dan Soni sama-sama melihat akan ada potensi penerbitan reksadana terproteksi yang lebih aktif seiring dengan terbitnya obligasi korporasi. Hal ini dinilai akan semakin meramaikan pasar.
Untuk dana kelolaan, Rudiyanto bilang Panin AM secara bulanan masih mengalami kenaikan sekitar 2% menjadi Rp 13,46 triliun pada Februari. Lalu, untuk Avrist AM, Farash menyebut AUM naik sekitar 6% di Februari menjadi Rp 5,97 triliun bila dibandingkan Januari yang sebesar Rp5,6 triliun
Sedangkan untuk Bahana TCW Investment, Soni bilang dana kelolaan cenderung stabil. “Sepanjang tahun ini, masih stabil di kisaran Rp 52 triliun,” pungkas Soni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News