Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) industri reksadana tercatat kembali mengalami penurunan pada Februari lalu. Merujuk data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), AUM pada per Februari sebesar Rp 571,75 triliun. Jumlah tersebut turun tipis 0,08% dibanding AUM Januari yang sebesar Rp 572,21 triliun.
Jika dilihat dana kelolaan dari masing-masing jenis reksadana, AUM reksadana saham merupakan yang mengalami kenaikan paling tinggi secara bulanan. Per Februari, jumlah AUM reksadana saham berhasil naik 2,55% dari Rp 123,80 triliun menjadi Rp 126,95 triliun.
“Kenaikan AUM reksadana saham sebenarnya lebih dipengaruhi oleh kenaikan IHSG itu sendiri yang berhasil mengalami kenaikan sekitar 6,5% selama Februari silam,” kata Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3).
Baca Juga: Ada Reksadana ditutup, ini yang dilakukan Investor
Senada, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengungkapkan, kenaikan AUM terkadang bukan karena ada aksi net subscribe. Bisa jadi kenaikan disebabkan oleh kenaikan harga aset dasarnya di mana pada bulan tersebut IHSG memang mengalami kenaikan.
“Kenaikan AUM reksadana saham tidak terlepas dari potensi return yang ditawarkan reksadana saham memang lebih baik. Hal ini juga bisa terlihat bagaimana dana kelolaan reksadana pasar uang mengalami penurunan. Artinya, ini memang ada aksi switching ke aset kelas lainnya,” kata Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo.
Sementara untuk reksadana yang mengalami penurunan dana kelolaan paling dalam adalah reksadana pasar uang. Tercatat, AUM reksadana ini turun dari Rp 101,5 triliun menjadi Rp 93,82 triliun atau turun 7,56%.
Rudiyanto berujar, ketimbang switching, penurunan AUM pada reksadana pasar uang lebih disebabkan oleh adanya aksi redemption. Pasalnya, jika memang ada aksi switching, AUM jenis reksadana lain tidak ada yang mengalami kenaikan sebesar penurunan AUM reksadana pasar uang.
Sementara Farash melihat, penurunan juga tidak terlepas dari mulai jatuh temponya beberapa underlying deposito di reksadana yang banyak ditempatkan di akhir tahun lalu.
Tapi, ia juga melihat penurunan juga disebabkan oleh aksi switching akibat mulai optimistisnya investor terhadap kinerja aset lain, seperti reksadana saham.
Oleh karena itu, Farash melihat pada bulan ini, ada potensi AUM reksadana saham akan kembali melanjutkan tren pertumbuhan seiring didorong oleh optimisme pemulihan bisnis.
Sementara untuk reksadana pendapatan tetap, ia meyakini berpotensi melambat jika harga obligasi tidak berhasil rebound.
“Walaupun kalau dilihat AUM reksadana pendapatan tetap masih naik di Februari padahal harga obligasi sudah mulai turun. Kemungkinan ini didukung oleh angka inflasi yang rendah sehingga masyarakat melihat reksadana pendapatan tetap menarik karena real returnnya tinggi,” imbuh Farash.
Baca Juga: Sepekan lalu indeks reksadana kompak tumbuh
Sementara Rudiyanto dan Soni sama-sama melihat akan ada potensi penerbitan reksadana terproteksi yang lebih aktif seiring dengan terbitnya obligasi korporasi. Hal ini dinilai akan semakin meramaikan pasar.
Untuk dana kelolaan, Rudiyanto bilang Panin AM secara bulanan masih mengalami kenaikan sekitar 2% menjadi Rp 13,46 triliun pada Februari. Lalu, untuk Avrist AM, Farash menyebut AUM naik sekitar 6% di Februari menjadi Rp 5,97 triliun bila dibandingkan Januari yang sebesar Rp5,6 triliun
Sedangkan untuk Bahana TCW Investment, Soni bilang dana kelolaan cenderung stabil. “Sepanjang tahun ini, masih stabil di kisaran Rp 52 triliun,” pungkas Soni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News