kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Dana kelolaan industri reksadana cetak rekor


Rabu, 07 Desember 2016 / 20:25 WIB
Dana kelolaan industri reksadana cetak rekor


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Kendati pasar modal domestik volatil sepanjang November 2016, dana kelolaan alias aseet under management (AUM) industri reksadana terus menggemuk.
Merujuk data Infovesta Utama per November 2016, total AUM industri reksadana domestik mencapai Rp 315,08 triliun. Ini rekor tertinggi bagi industri reksadana dalam negeri.

Sepanjang November, tercatat ada penambahan dana kelolaan reksadana sebesar Rp 1,47 triliun dibandingkan posisi Oktober 2016 yang hanya Rp 313,61 triliun.

Kenaikan dana kelolaan pada jenis reksadana saham sebesar 0,76%, lalu reksadana terproteksi 4,18%, exchange traded fund (ETF) naik 7,46%, dan dana investasi real estat atawa DIRE yang naik 0,33%.

Sebaliknya, penurunan AUM melanda jenis reksadana pasar uang yaitu minus 1,78%, reksadana campuran turun 2,99%, dan reksadana pendapatan tetap yang susut 3,02%. Reksadana indeks juga mencatat penurunan kelolaan sebesar 3,15%.

Kendati demikian, pertumbuhan AUM industri reksadana juga diiringi oleh penambahan unit penyertaan (UP). Per November 2016, total UP industri reksadana dalam negeri mencapai 234,28 miliar. Angka tersebut naik 9,9 miliar dari posisi  Oktober 2016 yang tercatat 224,38 miliar.

Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst PT Infovesta Utama mengatakan, sepanjang November 2016, pasar saham maupun obligasi Indonesia cukup tertekan. Lihat saja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merosot 5,05% (MoM). Begitu pula dengan performa obligasi pemerintah (Infovesta Government Bond Index) yang meluncur 2,54% (MoM).

Wawan menjabarkan, katalis negatif terutama berasal dari eksternal, yakni kemenangan tak terduga Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS)  pada pemilihan umum November 2016. “Pasar menilai rencana kebijakan Trump yang dianggap tidak begitu pro dengan perdagangan global,” terangnya. Terlebih, spekulasi kenaikan suku bunga acuan AS (The Fed) pada pertemuan Desember 2016 kian mencuat.

Kendati demikian, kelolaan industri reksadana dalam negeri terus membiak. Sebab, investor justru memanfaatkan momentum koreksi dengan mengakumulasi reksadana. Ini tercermin pada kenaikan UP yang melanda hampir semua jenis reksadana. Terutama jenis reksadana saham dan terproteksi yang membukukan pertumbuhan UP tertinggi secara nominal.

Hanya jenis reksadana pasar uang yang bergerak bak anomali. Wawan memandang, kondisi tersebut mengindikasikan investor yang mengalihkan kepemilikan reksadana pasar uang ke jenis reksadana lainnya, baik berbasis saham maupun obligasi. “Karena tergiur nilai aktiva bersih (NAB) yang sedang murah. Ini menunjukkan kedewasaan mayoritas investor dalam memanfaatkan dan memahami pasar,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×