Reporter: Avanty Nurdiana |
JAKARTA. Pasar surat utang lokal kedatangan produk baru. Mulai Selasa (19/4), pemerintah akan melelang Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dengan jangka waktu tiga bulan.
SPN baru tersebut mengemban peran sebagai referensi untuk surat utang negara (SUN) seri variable rates. Maklumlah, "Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tiga bulan sekarang sudah tidak terbit lagi," ujar Bhimantara Widyadjala Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan.
Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas, menduga, pemerintah sengaja menerbitkan SPN bertenor tiga bulan untuk menampung dana yang biasa masuk ke surat utang berjangka pendek.Maklum, "Minat investor asing memutar uang di Indonesia masih besar," ujar Lana.
Selama ini, dana-dana investasi jangka pendek banyak masuk ke Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Namun mulai Mei 2011 nanti, masa holding period SBI berjangka satu bulan berubah dari i sebulan menjadi 6 bulan.
Enoch Fung, Analis Goldman Sachs Global Economics, menilai, Bank Indonesia memperpanjang holding period SBI untuk menjaga resiko volatilitas arus dana asing. Dalam laporan risetnya, Fung memprediksi, perubahan tenor SBI tak akan memperlambat arus masuk dana asing masuk ke Indonesia.
Seiring derasnya arus dana asing itu, Fung pun optimistis pada penguatan rupiah. "Dalam 6-12 bulan ke depan, kurs dollar Amerika Serikat (AS) berkisar Rp 8.500 hingga
Rp 8.400," kata dia.
Tapi memang, nasib rupiah tak sepenuhnya tergantung pada produk di pasar uang. "Rupiah lebih bergantung pada kondisi ekonomi global dan regional," tutur M Doddy Arifianto, pengamat valuta.
Doddy dan Apresyanti Senthaury dari Bank BNI memperkirakan rupiah cenderung melemah selama pekan ini. Namun dalam jangka panjang, keduanya yakin harga dollar AS bisa jatuh ke Rp 8.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News