Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih di pasar saham. Berdasarkan data RTI, investor asing mencatat jual bersih senilai Rp 1,35 triliun di semua pasar dalam sepekan ke belakang.
Saham yang paling banyak dijual asing adalah saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), lalu PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA).
Sementara itu, ada saham-saham masih dibeli asing, di antaranya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan, keluarnya dana asing dari pasar saham Indonesia dalam sepekan ini lebih disebabkan oleh sikap investor yang masih menunggu pelantikan dan pembentukan kabinet Joko Widodo jilid II.
Baca Juga: Harga obligasi tinggi, ini yang perlu diwaspadai investor
Di samping itu, keluarnya dana asing ini juga masih dipengaruhi oleh beberapa sentimen, seperti rencana kenaikan tarif cukai rokok sebanyak 23% mulai Januari 2020 dan perkembangan kesepakatan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Akan tetapi, menurut Suria, dana asing ini tak sepenuhnya keluar dari pasar modal Indonesia. "Kebanyakan masuk ke pasar obligasi karena yield-nya sedang menarik. Investor parkir dananya dulu di instrumen yang tidak gonjang-ganjing," ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (17/10).
Menurut dia, dana asing akan tetap keluar dari pasar saham hingga awal November 2019 nanti dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan kembali naik setelahnya.
Terlebih lagi, apabila kabinet yang dibentuk oleh Jokowi sesuai ekspektasi pelaku pasar.
Untuk sejumlah saham yang masih dibeli investor, Suria mengatakan hal ini disebabkan karena fundamental saham-saham tersebut masih bagus, ditambah sejumlah sentimen positif.
Sebagai contoh, saham BBCA mendapat sentimen positif dari adanya isu stock split.
Kemudian, INTP mendapat sentimen dari perang harga antar-produsen semen yang sudah mereda dibanding tahun lalu.
Pasalnya, menurut dia, produsen-produsen baru yang memasang harga murah pada tahun lalu juga punya kewajiban untuk membayar bunga pinjaman sehingga tak bisa menekan harga terus-menerus.
Baca Juga: IHSG menguat 0,18% ke 6.191 di akhir perdagangan pekan ini
"Makanya sudah mulai rebound karena sudah tidak ada tekanan perang harga. Untuk sementara tidak akan turun lagi walaupun harga saham saat ini masih belum bagus," kata dia.
Sementara itu, minat investor untuk membeli UNTR lebih disebabkan harganya yang sudah turun cukup dalam akibat harga batubara yang melemah dan rendahnya penjualan alat berat. "Dengan begitu, masuk akal jika saham UNTR mulai rebound," ucap Suria.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News