Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana asing tercatat masih meninggalkan pasar saham Tanah Air saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus rekor all time high (ATH) dan bertengger di atas level 8.000.
IHSG ditutup melemah 0,21% atau 16,746 poin ke level 8.008 pada perdagangan, Kamis (18/9/2025). IHSG juga sudah naik 13,11% sejak awal tahun alias year to date (YTD).
Namun, dana asing keluar dari pasar saham Indonesia sebesar Rp 358,27 miliar pada Kamis (18/9/2025). Sejak awal tahun, akumulasi dana asing yang keluar dari pasar saham sebanyak Rp 61,56 triliun.
Baca Juga: Simak Prospek Aliran Dana Asing ke Pasar Saham di Semester II-2025
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, masih tingginya net sell asing di tengah penguatan IHSG ke atas 8.000 memang sedikit kontras.
Aliran keluar asing ini utamanya terjadi karena faktor global rotation dan risk-off sentiment pasca ketidakpastian fiskal domestik, reshuffle kabinet, serta tensi geopolitik global.
“Di sisi lain, investor global lebih dulu menyalurkan dananya ke negara berkembang lain, seperti India, Korea Selatan, atau Malaysia,” katanya kepada Kontan, Kamis (18/9).
Meskipun begitu, kenaikan IHSG yang disertai dengan net sell asing saat ini sebenarnya masih wajar. Hal ini menunjukkan bahwa investor domestik cukup kuat dan mampu menjadi penopang utama pasar.
Baca Juga: Dana Asing Kembali Masuk ke Pasar Saham, Saham Mana yang Jadi Favorit?
Bahkan, kondisi ini bisa menjadi sinyal bahwa pasar saham Indonesia semakin resilien.
“Jika dalam waktu dekat kepercayaan investor asing mulai pulih, maka IHSG berpotensi menguat lebih tinggi dengan dukungan dua arah, baik dari domestik maupun asing,” ujarnya.
VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi melihat, outflow asing yang masih sangat deras baik tenor bulanan hingga YTD didorong oleh beberapa faktor.
Pertama, kekhawatiran pasar pada pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) yang disebabkan rapuhnya ekonomi dan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) justru akan mendorong investment tetap di low risk hingga safe haven asset.
“Tercatat, harga emas global alami kenaikan sekitar 31% YTD,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (18/9/2025).
Baca Juga: Menengok Prospek Aliran Dana Asing yang Kembali Masuk ke Pasar Saham
Kedua, instabilitas politik dalam negeri dan kebijakan pemerintah, khususnya pasca demonstrasi dan reshuffle kabinet yang tengah dinantikan implementasi dan dampak ke ekonomi. Hal tersebut yang menyebabkan asing belum sepenuhnya masuk ke IHSG.
Ketiga, potensi perlambatan pemulihan ekonomi. “Pasar menantikan realisasi dampak dari pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) ke 4,75% dan gelontoran likuiditas Rp 200 triliun ke Himbara,” ungkapnya.