kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Dampak Eskalasi Perang dan Naiknya Inflasi terhadap Outlook Pasar Reksadana Domestik


Senin, 14 Maret 2022 / 15:13 WIB
Dampak Eskalasi Perang dan Naiknya Inflasi terhadap Outlook Pasar Reksadana Domestik
ILUSTRASI. Pasar modal. Dampak Eskalasi Perang dan Naiknya Inflasi terhadap Outlook Pasar Reksadana Domestik.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik Rusia – Ukraina belum juga menemui titik terang, bahkan semakin memanas. Pertemuan diplomatis terakhir antara Rusia dan Menteri Luar Negeri Ukraina yang dijembatani Turki gagal menemui titik kesepakatan sebab Rusia masih belum berencana untuk keluar dari Ukraina. 

Belum lagi, Executive Order yang baru saja ditandatangani Presiden AS untuk melarang impor LNG, minyak dan batubara dari Rusia sebagai sanksi untuk memaksa Rusia menghentikan agresi militernya, semakin memperkeruh keadaan. Tak hanya AS, aliansi negara barat lainnya seperti Inggris sedang meninjau rencananya untuk menghentikan impor gas dari Rusia.

Infovesta Utama dalam laporan mingguannya yang dirilis Senin (14/3), menilai, dengan ketergantungan impor minyak dan gas dari Rusia sebagai salah satu penghasil terbesar dunia, artinya akan ada gap terhadap pasokan yang perlu diisi. 

Baca Juga: Kinerja Bank Digital Mulai Membaik

Pada akhirnya, upaya pemboikotan minyak dan gas Rusia dinilai justru berpotensi memperparah gangguan pasokan. Alhasil hal tersebut semakin mengerek harga komoditas yang tentunya dapat mengangkat tingkat inflasi.

Hal ini tercermin dari rilis statistik inflasi AS per Februari 2022 yang terakselerasi ke level 7,9% di mana tertinggi sejak 40 tahun terakhir dengan kontributor utama berasal dari energi sebesar 25,6% (yang makin diperparah oleh perang Rusia-Ukraina). 

“Selain itu, Bank Sentral Eropa (ECB) baru saja mengumumkan akan mempercepat program pembelian aset (tapering) di mana disinyalir akan dimulai bulan depan dan berakhir pada kuartal III-2022. Pertimbangan tersebut seiring dengan lonjakan inflasi Zona Eropa (5,8%) yang tak terbendungi,” tulis Infovesta Utama dalam risetnya.

Infovesta Utama menyebut, hal tersebut semakin memberikan ketidakpastian terhadap outlook ekonomi global dan menimbulkan kekhawatiran akan kebijakan moneter yang akan ditempuh di tengah perang yang masih terjadi. 

Baca Juga: Rusia Akan Bayar Utang dengan Rubel Jika Sanksi Cegah Pakai Mata Uang Asing



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×