Reporter: Dina Farisah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Harga tembaga beranjak naik. Selain akibat koreksi indeks dollar Amerika Serikat (AS), penguatan harga komoditas metal ini ditopang spekulasi kenaikan permintaan dari Tiongkok.
Mengutip Bloomberg, Senin (23/3) pukul 16.00 WIB, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange senilai US$ 6.150 per metrik ton. Harga naik 1,6% dibandingkan akhir pekan lalu.
Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, bilang, harga tembaga naik didorong oleh pelemahan dollar AS di akhir pekan karena hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) tak sesuai ekspektasi pasar. "Indeks dollar yang melemah membuka kesempatan bagi pelaku pasar untuk beli di harga murah," kata Ibrahim.
Dalam jangka pendek, harga tembaga masih akan positif. Sebab, pekan ini banyak pengumuman data ekonomi, seperti manufaktur China, manufaktur Eropa dan AS diprediksi positif.
Data HSBC manufaktur China misalnya, diprediksi terjaga di level 50,5. Angka di atas 50 menandakan ekspansi. Aktivitas manufaktur Eropa juga diharapkan terdorong oleh stimulus yang diguyurkan Bank Sentral Eropa (ECB).
Bloomberg menulis, stok tembaga di Shanghai mulai turun dari level tertinggi 11 bulan. Ini menandakan permintaan dari China membaik. Secara teknikal, tembaga bergerak naik. Moving average dan bollinger band berada 30% di atas bollinger tengah. Moving average convergence divergence (MACD) dan relative strength index (RSI) berada 60% di area positif.
Sementara stochastic 70% di area positif. Hari ini, Ibrahim memprediksi, harga tembaga bergerak di US$ 6.135-US$ 6.210 per metrik ton. Sepekan ke depan, harga di US$ 6.130-US$ 6.310 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News