kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Cukai rokok diprediksi bakal kembali naik, ini rekomendasi analis untuk saham rokok


Senin, 27 September 2021 / 06:05 WIB
Cukai rokok diprediksi bakal kembali naik, ini rekomendasi analis untuk saham rokok


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah akan segera mengumumkan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada Oktober. Hal tersebut diumumkan oleh Kementerian Keuangan Agustus lalu. 

Analis Mirae Asset Sekuritas, Christine Natasya, menilai kenaikan cukai dampaknya akan tergantung, apabila pemerintah memaksa untuk menaikkan harga jual eceran (HJE), maka margin tidak akan separah itu, tetapi akan berdampak pada volume penjualan yang akan turun. 

Sedangkan Analis RHB Sekuritas, Michael Wilson, menilai hal tersebut tergantung pada besaran kenaikan cukai yang akan diumumkan. Ia mengasumsikan kenaikan harga akan berada di angka 10%-12%.

Akan tetapi, apabila angkanya berada di atas tersebut, maka akan ada tekanan terhadap margin di saham industri rokok. 

Baca Juga: Kemenkeu catat penerimaan cukai hasil tembakau naik 17,8% per Agustus 2021

“Tentunya itu akan jadi jelek, margin akan turun lagi, kita kalau lihat di semester I/2021, margin masih di bawah, dalam arti itu harga jual perlu naik 5% untuk balik ke margin yang sama,” jelas Michael kepada Kontan, Jumat (24/9). 

Christine menambahkan, ada beberapa skenario yang dapat terjadi dari kenaikan cukai di tahun depan, seperti, apabila HJE dipaksa naik, tetapi ada simplifikasi dari tingkatan cukai, maka akan positif terhadap emiten rokok, terutama untuk emiten rokok besar, seperti PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). 

“Pasar sudah agak tahu mengenai kenaikan cukai dari pemerintah, dan sekarang pasar malah menantikan sentimen positif, apakah simplifikasi excise layer akan dilakukan, dan bagaimana implementasi HJEnya, lebih nunggu ke HJE bakal dinaikkan atau tidak, dan excise layernya bakal dipotong atau tidak,” kata Christine. 

Baca Juga: Sejumlah kalangan dorong pemerintah buat roadmap IHT yang berkeadilan

Senada, Michael juga melihat, dengan adanya simplikasi dari cukai rokok, maka emiten rokok besar seperti HMSP dan GGRM akan diuntungkan, karena kedua emiten ini membayar cukai paling mahal, dan emiten kecil membayar cukai lebih murah.

Michael juga menambahkan, kalau sentimen positif dari sektor emiten rokok akan datang dari PPKM yang dilonggarkan, terutama apabila masyarakat sudah kembali menongkrong, dan yang paling penting datang dari aktivitas warung. 

“Orang nongkrong di café, dan warung banyak yang dibuka bisa ningkatin konsumsi rokok. Aktivitas perkantoran juga, aktivitas ekonomi, kalau sudah keluar rumah, dan aktivitas sosial berjalan,” kata Michael.

Sedangkan sentimen negatif menurut Michael datang dari harga cukai yang ditetapkan berada di atas angka 12%. Christine melihat sentimen negatif dapat datang dari sentimen lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG). 

Michael mengamati, kalau saat ini sudah banyak konsumen yang sudah menurunkan konsumsi rokoknya ke merek yang lebih murah. Dalam hitungannya, di tahun 2019, konsumen rokok non tier-1 berada di angka 30%, dan di tahun 2021 ini sudah meningkat menjadi 30%.

Menurutnya, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) menjadi emiten rokok non tier-1 yang menarik, karena banyak konsumen yang downtrading ke rokok ini, terutama dari rokok SKM-nya Wismilak diplomat mild, yang mirip Magnum mild tetapi lebih murah.

Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) diprediksi mampu menjual 80 miliar batang rokok tahun ini

“Sudah terlihat turun terus, semoga dari PPKM yang dilonggarkan diperkirakan membaik, banyaknya downtrading, terbesar SKM mild, setahun terakhir pindah ke SKM flavour, atau pindahnya ke SKT, atau ke non tier-1,” jelas Michael.

Christine menilai sektor ini netral, dan yang akan sangat mempengaruhi dari cukainya, apabila kenaikannya besar, maka tidak akan terlalu bagus, sehingga penentu dari sektor ini dari bulan Oktober.

Christine menilai emiten yang menarik di sektor ini adalah HMSP dengan rekomendasi trading buy, dengan target harga Rp 1.150 per saham. Senada, Michael juga merekomendasikan HMSP dengan target harga Rp 1.400 per saham, dan dividen yield 8%. Untuk GGRM, Michael merekomendasikan netral dengan target harga Rp 36.000 per saham.

Selanjutnya: Produsen rokok Gudang Garam (GGRM) tambah modal investasi ke anak usaha

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×