Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bakal memungut cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBKDK) mulai tahun 2025 ini. Jika tak ada hambatan, pungutan cukai MBDK mulai diberlakukan pada semester II-2025.
Nah, kebijakan tersebut diperkirakan akan berdampak langsung pada sejumlah emiten, terutama perusahaan yang berfokus pada penjualan produk minuman.
Mulai dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) dan PT Kino Indonesia Tbk (KINO).
Baca Juga: Sejumlah Tantangan dalam Mencapai Target Penerimaan Cukai pada 2025
Investment Analyst Lead Stockbit Edi Chandren mengatakan secara kuantitatif, dampak negatif dari penerapan cukai MBDK terhadap profitabilitas perusahaan konsumer baru dapat dihitung setelah pemerintah merilis peraturan teknis terkait perhitungan cukai tersebut.
Namun, secara kualitatif, dampak negatif tersebut dapat diminimalkan melalui dua strategi. Pertama, perusahaan dapat meluncurkan produk serupa dengan kandungan gula yang lebih rendah atau less sugar.
"Kedua, perusahaan dapat meneruskan sebagian beban cukai kepada konsumen melalui penyesuaian harga jual produk," kata Edi dalam risetnya, Senin (13/1).
Edi menyoroti bahwa MYOR, dengan kontribusi produk yang terpapar cukai MBDK mencapai 25–30% dari total pendapatan. Emiten ini diprediksi akan mengalami dampak terbesar dari kebijakan ini.
Baca Juga: Cukai Minuman Berpemanis akan Berlaku di Semester II-2025, Batasan Kadar Gula Dikaji
Di sisi lain, Edi menyampaikan SIDO juga berpotensi terdampak, mengingat eksposur produk terhadap cukai tersebut mencapai sekitar 15%–20% dari total pendapatannya.
Kendati begitu, Head of Investment Specialist PT Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah Budiman, menjelaskan bahwa dampak cukai minuman berpemanis terhadap kinerja SIDO relatif minim.
"Kandungan pemanis dalam produk minuman siap saji (ready to drink/RTD) SIDO hanya menyumbang kontribusi kecil, yakni kurang dari 1%-2%," ucap Fath kepada Kontan, Senin (13/1).
Untuk mengantisipasi potensi dampak negatif yang lebih besar, Fath menjelaskan bahwa SIDO dapat menaikkan harga produk RTD atau produk lainnya, serta meluncurkan varian dengan kadar gula lebih rendah.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan menambahkan dalam menghadapi kebijakan cukai MBDK, para emiten perlu menyiapkan strategi untuk menjaga stabilitas penjualan produk.
Baca Juga: Pungutan Cukai Minuman Manis Mulai Semester II
Menurutnya, inovasi ialah kunci utama kesuksesan di industri consumer goods. "Tim riset dan pengembangan akan jadi kunci dari perusahaan yang bergerak di bidang consumer," ujar David kepada Kontan, Senin (13/1).
Namun, David juga menyoroti bahwa dampak cukai terhadap kinerja keuangan emiten dapat bervariasi.
Sebagai contoh, untuk ICBP, kontribusi minuman berpemanis hanya sekitar 2,2% dari total pendapatan, sehingga dampaknya tidak signifikan. Berbeda halnya dengan ULTJ, yang memiliki core bisnis di sektor minuman, di mana 77% pendapatannya masih berasal dari produk susu.
Terkait respons terhadap sentimen ini, David mengimbau investor untuk tetap berpikir jernih dan tidak gegabah mengambil keputusan.
David berpendapat saham-saham consumer seperti ULTJ, CMRY, KINO, dan SIDO cenderung bergerak turun. Oleh karena itu, strategi yang disarankan ialah bersikap wait and see atau melakukan pembelian secara bertahap untuk investasi jangka panjang.
Baca Juga: Berlaku Semester II, Pemerintah Masih Godok Batasan Kadar Gula Kena Cukai MBDK
David menilai saham INDF menjadi salah satu yang paling menarik. Momentum ini didukung oleh minat investor asing yang cukup besar terhadap INDF sejak pertengahan 2024. INDF bisa dibeli di kisaran harga Rp 7.600–Rp 7.750, dengan target harga Rp 8.500 dan stop loss di bawah Rp 7.300.
Dari sisi analisis teknikal, Fath memperkirakan pergerakan saham SIDO saat ini masih berada dalam fase sideways dengan level support di Rp 540 per saham dan resistance terdekat di Rp 685 per saham.
Selanjutnya: Rekomendasi Teknikal Saham PTBA, DSSA, ANTM untuk Perdagangan Selasa (14/1)
Menarik Dibaca: Sekilas Mirip, Ini 5 Perbedaan Fungal Acne dan Beruntusan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News