kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Cuaca panas memanaskan harga gas


Rabu, 04 September 2013 / 07:44 WIB
Cuaca panas memanaskan harga gas
ILUSTRASI. Bongkar muat batubara di PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Paiton. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga gas alam kembali naik. Temperatur cuaca yang akan lebih panas di Amerika Serikat (AS), menimbulkan spekulasi permintaan gas alam sebagai bahan bakar dari pembangkit listrik akan naik.

Harga gas alam untuk kontrak pengiriman Oktober 2013 di Nymex, Selasa (3/9), menguat 2,51% menjadi US$ 3,67 per million british thermal unit (mmbtu). Pada perdagangan intraday, harga gas alam sempat menyentuh level US$ 3,685 per mmbtu. Ini merupakan level harga tertinggi sejak 25 Juli 2013. Jika dihitung dalam sebulan terakhir, harga gas alam telah menguat 8,57%.

Data AccuWeather Inc. menunjukkan, wilayah bagian barat AS diperkirakan mengalami suhu lebih tinggi dari biasanya dari awal bulan September ini hingga pekan depan. Ini memicu kenaikan permintaan gas alam untuk bahan bakar pembangkit yang digunakan sebagai penyejuk ruangan.

Juni Sutikno, analis Philip Futures Indonesia mengatakan, kenaikan gas alam juga dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak mentah akibat gejolak politik di Suriah. Meski kemarin, harga minyak terkoreksi, namun itu hanya sementara. "Ini lantas mempengaruhi harga gas alam sebagai komoditas substitusi," ujar Juni.

Saat ini, pembangkit listrik berkontribusi sekitar 32% dari total kebutuhan gas di AS. Data Energi Information Administration (EIA) menunjukkan, persediaan gas alam per pekan yang berakhir 30 Agustus  2013 mencapai 3,13 triliun kaki kubik. Jumlah ini 1,5% di atas rata-rata persediaan gas dalam lima tahun terakhir.

Jumlah itu juga 7% di atas persediaan tahun lalu. Itu artinya, persediaan sebenarnya masih mencukupi dan relatif masih berlebih dibanding permintaan yang ada.  

Secara teknikal, pergerakan harga gas alam selama sepekan ke depan, masih mampu menguat. Indikator relative strength index (RSI) bergerak naik setiap harinya, sekitar satu hingga dua poin per hari. Kini, harga pada indikator RSI berada  di level 58. Ini menandakan potensi kenaikan (bullish) harga masih cukup kuat. Indikator moving average convergence divergence (MACD) juga berada di area positif, pada level 0,43.

Sementara, indikator stochastic sudah memasuki area jenuh jual (overbought) di atas level 80. Meski demikian, pergerakannya dapat dikatakan sideways dan belum menunjukkan pergerakan berarti. Juni memperkirakan, dalam sepekan ke depan, harga gas alam berpeluang naik ke kisaran US$ 3,43 per mmbtu-US$ 3,800 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×