Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sinyal positif dari China menyokong rupiah. Namun, ekspektasi penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) bisa membatasi penguatan mata uang Garuda.
Senin (11/1), di pasar spot, rupiah menguat 0,44% ke Rp 13.861 per dollar AS. Sedangkan, kurs tengah BI mencatat, rupiah melemah 0,43% ke Rp 13.935 per dollar AS.
Research and Analyst Divisi Tresuri BNI Trian Fathria menyebut, penetapan fixed rate yuan yang lebih tinggi dari hari sebelumnya, menenangkan pasar. Efeknya positif pada mata uang Asia, termasuk rupiah.
“Penggerak utama rupiah beberapa waktu ke depan lebih bersumber pada isu China, sehingga data Amerika Serikat yang bagus tidak terlalu direspons," ujarnya.
Research and Analyst Monex Investindo Futures Agus Chandra menilai, dari domestik, kenaikan cadangan devisa dan penjualan ritel juga memberi amunisi bagi rupiah. Perkiraan Agus, hari ini (12/1) rupiah masih mempunyai kans mengungguli dollar.
Tapi, akan mulai terbatas antara Rp 13.770-Rp 14.000 per dollar AS. "Sebab China mungkin bergejolak lagi," prediksinya.
Trian menduga, sentimen domestik berupa ekspektasi pemangkasan BI rate bisa menjegal rupiah. Prediksinya, rupiah di rentang Rp 13.820-Rp 13.950 per dollar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News