Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) melalui anak usahanya, PT Chandra Asri Alkali (CAA) telah melakukan penandatanganan Letter of Intent (LoI) bersama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Kerjasama ini dalam rangka mendukung pengembangan hilirisasi aluminium sekaligus percepatan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dalam negeri.
Kerja sama yang disepakati TPIA dan Inalum melalui penandatanganan LoI ini meliputi potensi penyediaan pasokan kaustik soda basah oleh CAA kepada Inalum dengan volume hingga 120.000 MT per tahun dan potensi penyertaan ekuitas oleh Inalum di CAA hingga 10%.
“Kerja sama antara Chandra Asri Group dan Inalum ini memiliki arti penting bagi kami untuk mengimplementasikan portofolio investasi kami sebagai pendukung hilirisasi di industri pertambangan," kata Presiden Direktur & CEO Chandra Asri Group, Erwin Ciputra dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (29/10).
Baca Juga: Raih Sektifikat ISCC, Chandra Asri Siap Hasilkan Produk Berbasis Bio
Chandra Asri Group melalui Pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC) akan menyediakan kaustik soda basah yang akan digunakan oleh Inalum sebagai salah satu bahan baku utama dalam proses produksi aluminium di fasilitas smelternya, termasuk sebagai komponen battery pack untuk EV. Inalum juga akan melakukan kajian kelayakan investasi terhadap CAA untuk melihat peluang kepemilikan saham di CAA.
Intensi kerja sama ini diharapkan dapat berkontribusi mendukung salah satu prioritas pemerintah Republik Indonesia dalam memberikan nilai tambah bagi komoditas bahan mentah. Melalui LoI ini Chandra Asri Group dan Inalum berupaya memfasilitasi pertumbuhan industri midstream dan hilir aluminium, khususnya untuk kendaraan listrik di dalam negeri.
Adapun target penggunaan kendaraan berbasis baterai ini memiliki peran dalam upaya pemenuhan net zero emission Indonesia di tahun 2060. "Dengan kerja sama ini, Chandra Asri Group dapat berkontribusi mendorong terciptanya ekosistem hilirisasi terutama di sektor mineral aluminium dan mendukung percepatan industri kendaraan listrik dalam negeri. Inalum merupakan mitra yang tepat karena pengalaman dan keahlian mereka di industri ini," imbuh Erwin.
Baca Juga: Sehari Kekayaannya Bertambah Rp 14,7 Triliun, Taipan Prajogo Pangestu Semakin Tajir
Direktur Pengembangan Usaha Inalum, Melati Sarnita menjelaskan,kaustik soda basah yang dipasok oleh CAA nantinya akan digunakan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), anak usaha Inalum bersama-sama dengan PT Aneka Tambang Tbk alias Antam (ANTM), sebagai salah satu bahan baku utama untuk memproduksi alumina melalui fasilitas smelter grade alumina refinery (SGAR) yang ditargetkan akan mulai beroperasi pada tahun 2025.
Pada tahapan selanjutnya, alumina tersebut nantinya akan digunakan oleh Inalum sebagai bahan baku melalui fasilitas smelternya menjadi aluminium. Inalum saat ini fokus pada pengembangan ekosistem hilirisasi aluminium nasional dan peningkatan jumlah produksi, baik dalam hal pengembangan lingkup rantai pasok aluminium maupun pengembangan energi hijau.
" Lebih lanjut, Inalum memiliki peran yang strategis mengingat aluminium merupakan salah satu bahan baku utama yang dibutuhkan dalam pengembangan industri-industri nasional, termasuk dalam pengembangan kendaraan listrik dan baterai listrik di Republik Indonesia," kata Melati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News