CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Cerita Investasi Ahmad Sadat, Pemimpin Asiavesta Strategic Investment


Jumat, 01 Desember 2023 / 20:34 WIB
Cerita Investasi Ahmad Sadat, Pemimpin Asiavesta Strategic Investment
Ahmad Sadat, Presiden dan Pendiri Asiavesta Strategic Investment.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Jiwa pengusaha sudah mendarah daging dalam diri Ahmad Sadat. Presiden dan Pendiri Asiavesta Strategic Investment ini berinvestasi guna mencapai kebebasan finansial di masa depan.

Sadat, panggilan akrabnya, mulai tertarik dengan dunia investasi saat duduk di bangku kuliah sekitar tahun 1991-1995. Cerita inspiratif dari tokoh-tokoh seperti Warren Buffett telah mendorongnya lebih jauh untuk mengenal investasi.

Bagi mahasiswa di tahun tersebut memang bercita-cita untuk menjadi seorang pengusaha kurang begitu populer. Stigma masyarakat masih mengkiblatkan profesi abdi negara sebagai pekerjaan idaman. Namun, Sadat meyakini tekad dari dalam hatinya yang mendorongnya untuk menjadi sosok pengusaha besar.

Ketika masih berkuliah di Universitas Brawijaya, Sadat pernah memenangkan lomba stock exchange competition. Skripsi yang ditulis pun tidak jauh dari bahasan terkait portofolio investasi.

Baca Juga: Jumlah Investor dan Nilai Transaksi Kripto Bertumbuh pada Oktober 2023

Tak heran, potensi menjadi seorang pengusaha memang sudah ada di dalam diri Ahmad Sadat. Ayahnya merupakan pengepul kulit sapi selama puluhan tahun di Malang, Jawa Timur.

Sadat sempat melanjutkan bisnis ayahnya selama 10 tahun, setelah dua tahun berkarir di Franklin Covey Indonesia. Selama periode tahun 1998-2008 menjadi pengalaman baginya dalam memilah keuangan perusahaan dan pribadi.

Sadat juga lebih pandai melihat kesempatan, salah satunya saat terjadi krisis moneter tahun 1998. Bisnis kulit sapi keluarganya dipasarkan ke pasar ekspor yang tengah diuntungkan lonjakan nilai tukar.

Dus, ide brilian mengekspor kulit sapi tersebut telah membawa usaha keluarga Sadat berkembang menjadi lebih besar. Keuntungan itu sekaligus menjadi modal besar baginya untuk mulai berinvestasi.

Baca Juga: Warren Buffett: Bisnis Itu Seperti Seks, untuk Paham Harus Melakukannya!

Sadat memanfaatkan waktu luang untuk menggunakan laba yang diraih perusahaan, sembari tetap mengontrol operasi bisnisnya. Dia mengawali cerita perjalanan investasi di instrumen reksadana pendapatan tetap.

Kendati demikian, Sadat baru benar-benar serius berinvestasi yakni dimulai dari tahun 2008. Kala itu, bersamaan dengan pendirian perusahaannya di bidang pengelolaan investasi yaitu PT Asia Intravesta alias Asiavesta.

Segala instrumen investasi pernah dijajal seperti saham, reksadana, valuta asing (forex) hingga properti. Tahun 2008–2010, Sadat berinvestasi penuh di instrumen saham karena melihat momentum kejatuhan pasar saat kurun waktu tersebut.

“Dulu saya berinvestasi dan saya menjalankan. Sekarang hanya berinvestasi saja,” cerita Sadat kepada Kontan.co.id, belum lama ini.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Sebut Orang Pintar Tidak Menabung, Ini Penjelasannya

Sadat mengakui adanya keinginan besar untuk menjadi pengusaha yang mampu membeli waktu salah satunya lewat investasi saham. Dimana seorang pengusaha juga dapat memperoleh keuntungan tanpa harus kerja terus-terusan.

Pria kelahiran Malang ini melihat banyak pengusaha besar tetap bisa mendapatkan pemasukan, walaupun sedang tidak bekerja. Ini berbeda dengan usaha kecil yang apabila berhenti, maka roda bisnis tidak akan berputar.

Kendati demikian, kisah menarik dari Sadat justru berasal dari investasi tanah dan properti. Kantongnya lebih tebal berkat harga tanah yang melejit tinggi kala itu.

Sebagai gambaran, harga tanah yang dibeli Sadat sebesar Rp 4,8 juta per meter pada tahun 2012. Kemudian, dia menjualnya dengan harga Rp 17 juta per meter pada tahun 2016.

Terlepas dari permintaan pasar yang tinggi, Sadat mengungkapkan bahwa bisnis properti bukanlah sesuatu yang baru baginya. Jadi momentum kenaikan harga telah dimaksimalkan dengan menerapkan strategi sebaiknya-baiknya.

“Kita akan lebih untung di bisnis apapun, asalkan tahu persis bagaimana cara kerjanya. Berinvestasilah ke dalam instrumen yang mampu dikontrol,” sebut dia.

Baca Juga: Demi Harapan & Berkelanjutan, Investor Saham Tak Sekadar Memburu Cuan

Itu pula yang melatarbelakangi Sadat untuk menahan diri berinvestasi di instrumen-instrumen baru salah satunya kripto. Masa coba-coba baginya sudah berakhir karena pernah melalui kerugian yang cukup besar saat menjajal investasi forex.

Oleh karena itu, Sadat berpesan untuk tidak bersikap tamak. Berpikiran untuk mengejar keuntungan sebesar mungkin sebenarnya malah mendorong untuk menempuh jalur yang lebih cepat yang akhirnya mendekatkan pada kerugian.

Kemudian, investor jangan sampai terprovokasi tapi teredukasi. Investor yang hanya ikut-ikutan biasanya tersesat karena tidak paham instrumen investasi yang ditekuni. Inilah mengapa pentingnya untuk turut berinvestasi ke pengetahuan diri masing-masing.

Terakhir, carilah instrumen investasi yang sesuai dengan passion. Sebab, menjalankan sesuatu sesuai dengan arahan hati akan membuat aktivitas tidak tampak membosankan.

“Orang-orang perlu tahu apa yang membuat dia puas dalam berinvestasi. Intinya pelajari dengan serius, lalu cocokkan dengan pribadi masing-masing,” imbuh Sadat.

Adapun sebagian besar portofolio investasi Sadat saat ini di instrumen saham dengan porsi sekitar 70%. Saham-saham yang menjadi koleksi pun khusus hanya untuk saham yang diinvestasikan oleh Asiavesta antara lain IDEA, RELF dan NAYZ. Sementara itu, sekitar 30% sisanya dari investasi properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[ntensive Boothcamp] Business Intelligence with Ms Excel Sales for Non-Sales (Sales for Non-Sales Bukan Orang Sales, Bisa Menjual?)

[X]
×