kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.922   8,00   0,05%
  • IDX 7.195   54,43   0,76%
  • KOMPAS100 1.105   10,17   0,93%
  • LQ45 876   9,53   1,10%
  • ISSI 221   1,21   0,55%
  • IDX30 447   4,91   1,11%
  • IDXHIDIV20 539   4,62   0,86%
  • IDX80 127   1,20   0,96%
  • IDXV30 134   0,42   0,31%
  • IDXQ30 149   1,27   0,86%

Demi Harapan & Berkelanjutan, Investor Saham Tak Sekadar Memburu Cuan


Senin, 13 November 2023 / 13:31 WIB
Demi Harapan & Berkelanjutan, Investor Saham Tak Sekadar Memburu Cuan
ILUSTRASI. Demi Harapan & Berkelanjutan, Investor Saham Tak Sekadar Memburu Cuan


Reporter: Adi Wikanto, Yuliana Hema | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Cuan, satu kata yang selalu jadi pembicaraan dalam investasi saham. Tak salah memang, karena investasi saham terbukti mendatangkan cuan besar bagi investornya.

Lihat saja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama Senin 13 November 2023 ditutup di level 6.841,36. Pada 13 November 2020, IHSG berada di level 5.461,06. Dengan demikian, cuan investasi saham secara umum di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 25,27% dalam tiga tahun terakhir.

Nyatanya, cuan bukan satu-satunya alasan untuk menjadi investor saham. Seperti yang terjadi pada Adi Dominggus, mahasiswa Manajemen Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Mulai tahun ini, mahasiswa angkatan 2021 tersebut resmi menjadi investor saham melalui perantara Philip Sekuritas.

Sebelum berinvestasi saham, Adi adalah investor reksadana. Ia menyisihkan sebagian uang bulanannya untuk berinvestasi reksadana melalui aplikasi Bibit.

Setelah menjadi Anggota Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) UMN, Adi mulai memahami risiko dan potensi keuntungan investasi saham. KSPM adalah galeri investasi untuk berkumpulnya mahasiswa pecinta pasar modal. KSPM rutin memberikan edukasi terhadap mahasiswa tentang investasi dan saham. Saat ini KSPM sudah memasuki generasi ke lima.

Dengan kerjasama KSPM dan Philip Sekuritas, Adi pun mulai terjun ke investasi saham. Tak tanggung-tanggung, Adi langsung melirik saham second liner bukan yang blue chip. Pasalnya, di KSPM ada anggota yang telah mengantongi Certified Technical Analyst (CTA), sehingga sangat membantu untuk analisa teknikal pergerakan harga saham.

"Pertama investasi saham langsung diajarin trading. Awalnya hanya bisa gain 5%-7%, sekarang sudah bisa 9%," kata Adi.

Ibarat sekali dayung dua pulau terlampui. Langkah Adi sebagai investor saham bukan hanya untuk mengelola keuangan dan mencari cuan di pasar modal. Menjadi investor saham juga sangat berhubungan dan penting dengan kuliahnya.

Sebagai mahasiswa Manajemen, ia berencana mengambil peminatan Finance pada semester lima. Peminatan Finance akan yang mempelajari dunia investasi.

Walhasil, peminatan ini mendorong mahasiswa untuk belajar fundamental analysts dan technical saham. "Jadi kita benar-benar fokus belajar invetasi. Kalau mahasiswa Finance tentu harus bisa invetasi," terang Adi.

Hal senada juga disampaikan Yolanda Purba, ibu rumah tangga yang telah menjadi investor saham sejak tahun 2019. Sebelumnya, alumnus Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung ini telah menjadi investor reksadana sejak tahun 2009. Berbekal pengalaman dari teman-temannya yang mendapat banyak cuan dari investasi saham, wanita berdarah Batak ini akhirnya mengalihkan sebagian dana investasinya dari reksadana ke saham melalui Mandiri Sekuritas.

Tak banyak modal yang ia tanam untuk menjadi investor saham, hanya Rp 20 juta. Awalnya, ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan BSD ini berinvestasi pada saham-saham blue chip. Belakangan ini, ia gemar membeli saham baru dari hajatan initial public offering (IPO).

"Saham blue chip untuk jangka panjang. Saham IPO untuk jangka pendek, kalau sudah dapat untung dijual", tutur penghobi seafood ini.

Ia juga rutin menyisihkan sebagian uang belanja bulanan untuk menambah dana investasi saham. Selain itu, dana pendidikan dua buah hatinya juga dikembangkan dalam investasi saham.

Yolanda menuturkan, investasi saham bukan hanya untuk mendapat cuan. Ia mengakui, dana investasi saham tersebut akan dimanfaatkan untuk biaya pendidikan putra-putrinya. "Targetnya, anak-anak bisa kuliah di Australia, jadi akan butuh dana besar yang perlu dipersiapkan sejak sekarang," terang wanita kelahiran Jakarta Timur ini.

Tak hanya itu, keputusan Yolanda menjadi investor saham juga untuk persiapan hari tua. Ia mengaku telah belajar kesalahan investasi dari orang tuanya yang selama ini suka berinvestasi di properti.

Orang tua Yolanda telah memiliki rumah yang luas di bilangan Jakarta Timur. Sejak bertahun-tahun yang lalu, orang tuanya menghabiskan gaji bulanan untuk membangun dan renovasi rumah.

"Kini saat tua, saat butuh uang, gaji sudah tidak ada, uang tabungan tidak banmyak. Mau jual rumah juga tidak mudah, malah jadi susah karena salah investasi", cerita Yolanda.

Berbeda dengan investasi saham, likuiditasnya sangat cair. Jika butuh dana untuk kebutuhan mendadak, investor bisa langsung menjual saham yang dikoleksi. Esok hari, uang penjualan saham langsung masuk ke rekening dana.

Stabilitas Ekonomi & Pembangunan Berkelanjutan

Tak hanya untuk investor perorangan, investasi saham juga mendukung perekonomian nasional. Saat investasi saham bergairah, stabilitas perekonomian nasional pun terjaga. Bahkan, ekonomi nasional mampu tumbuh kuat saat pasar modal sehat.

Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia pada semester I tahun 2023 tumbuh 5,11% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2022, pertumbuhan ekonomi nasionalĀ  mencapai 5,31%. Angka tersebut yang tertinggi sejak tahun 2014.

Bersamaan itu, jumlah investor pasar modal dan saham juga meningkat. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) melaporkan hingga akhir Kuartal III-2023, jumlah investor pasar modal mencapai 11,72 juta Single Investor Identification (SID).

Jumlah tersebut meningkat 13,76% sepanjang tahun berjalan di 2023 alias year to date. Adapun pada akhir 2022, investor pasar modal berada di angka 10,31 juta SID.

Investor reksadana tercatat meningkat 14,47% dibanding akhir 2023 menjadi 10,99 juta SID. Investor saham dan surat berharga lainnya naik 23,27% menjadi 5,02 juta SID.

Kemudian investor Surat Berharga Negara (SBN) juga ikut pertumbuhan sebesar 11,75%. Pada periode Januariā€“September 2023, investor SBN telah mencapai 959.920.

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menganalisa, peningkatan jumlah investor pasar modal dan saham adalah simbiosis mutualisme yang perlu dijaga. Cuan pasar modal yang sebelumnya banyak dinikmati investor asing, kini mulai dirasakan investor lokal.

Dominasi investor lokal bagus untuk pertumbuhan kinerja pasar modal Indonesia. Indeks pasar saham bisa menjadi lebih stabil dalam jangka panjang.

Apalagi, saat ini semakin banyak pelajar yang menjadi investor saham. Bahkan, jumlah kalangan pelajar mengalahkan kalangan pengusaha serta kelompok pegawai negeri, swasta dan guru sebagai investor pasar modal.

Meskipun secara aset, nilai investasi para pelajar dan ibu rumah tangga masih lebih kecil dibandingkan kelompok lain. Namun, data ini menunjukkan bahwa potensi perkembangan pasar modal di Indonesia pada periode mendatang sangat besar.

Pelajar yang saat ini telah menjadi investor, suatu saat nanti akan memiliki penghasilan sendiri setelah lulus. Dengan demikian, ada potensi peningkatan dana investasi.

Sedangkan bagi ibu rumah tangga, hal ini menandakan bahwa mereka semakin pintar mengelola keuangan. Ini sekaligus untuk mengurangi potensi ibu rumah tangga terjerumus dalam investasi bodong seperti penipuan arisan.

Nah, Indonesia akan mengalami bonus demografi dengan usia produktif yang dominan. Menurut Praska, menjadi pekerjaan rumah bagi SRO pasar modal untuk terus menjaga kepercayaan para investor agar dapat bertransaksi dengan aman dan nyaman.

Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia Samsul Hidayat mengatakan jumlah investor pasar modal tumbuh pesat dalam 2 tahun terakhir. Anomali terjadi saat pandemi covid-19 merebak, yang mendongkrak jumlah investor secara signifikan.

KSEI dan pihak terkait pun senang dengan peningkatan jumlah investor yang menemani perjalanan pasar modal Indonesia pada usia ke-46 ini. KSEI melihat jumlah investor pasar modal dan saham akan terus meningkat dalam periode mendatang.

KSEI akan kerjasama dengan Self-Regulatory Organizations (SRO) lainnya untuk mendorong dan menjaga tren pertumbuhan investor pasar modal. Salah satunya, dengan memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan fasilitas pembukaan rekening secara daring.

"Jika melihat tren beberapa tahun terakhir, kami berharap investor di pasar modal pada akhir 2023 dapat menembus angka 12 juta investor," kata Samsul.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik juga menegaskan bahwa upaya untuk meningkatkan jumlah investor mesti sejalan dengan peningkatan literasi masyarakat. Jeffry pun melihat potensi investor pasar modal dan saham di Indonesia masih sangat besar.

Selain untuk kemajuan pasar modal, peningkatan jumlah investor lokal sangat penting untuk membantu perekonomian Indonesia. Mulai tahun 2023 ini, kontribusi transaksi harian investor domestik di atas 30%. Kondisi ini memberikan dampak yang positif terhadap banyak sektor.

"Manfaat pertumbuhan pasar modal kita akan lebih banyak dinikmati oleh investor domestik. Juga akan membuat pasar lebih stabil karena basis investor domestik yang lebih kuat," terang Jeffrey.

Ya, pasar modal tumbuh, investor dapat cuan, ekonomi pun berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×