Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kedua, Jouska membutuhkan lisensi sebagai agen penjualan produk efek, aperd (perusahaan/institusi yang melakukan pemasaran reksadana), dan Perantara Pedagang Efek (PPE). Saran terakhir yakni, Jouska bisa penuhi izin komplit sebagai perusahaan penasehat investasi jika memang ingin melakukan semua kegiatan terkait dengan penasehat investasi.
"Sementara fokus kami ada dua, yakni menyelesaikan klien yang dispute, dan menyelesaikan tanggung jawab dengan klien yang tidak dispute," ungkap Aakar.
Sepanjang 2020, Jouska diketahui memiliki 1.700 klien aktif dimana kontraknya belum selesai tahun ini. Adapun dari jumlah tersebut, sebanyak 328 klien mengembangkan portofolio saham baik secara mandiri maupun lewat bantuan para broker saham di Mahesa, di mana terdapat 63 klien Jouska yang mengajukan keluhan dan meminta pertanggung jawaban baik lewat pengembalian dana tunai hingga buyback saham.
Baca Juga: Terima banyak keluhan klien, CEO Jouska tekankan Mahesa punya izin usaha
Terkait hal tersebut, Aakar mengaku ada beberapa pelaku industri yang menawarkan untuk membantu Jouska menemukan solusi. Kondisi tersebut tengah dikomunikasikan oleh manajemen Jouska dan belum mencapai keputusan final.
Aakar menambahkan, saat ini posisi Jouska dalam status diberhentikan sementara oleh Satgas Waspada Investasi dan belum mendapat panggilan resmi lanjutan dari regulator termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dia juga mengingatkan bahwa area bisnis perencana keuangan saat ini belum diatur dan tidak terdaftar di bawah pengawasan OJK. Aakar juga menambahkan bahwa pihaknya sangat ingin diregulasi.
"Untuk ke depan Jouska mau jadi apa? Saya belum bisa berkomentar banyak. Target kami semua bisa selesai 1 September 2020, tapi proses perdamaian cukup dinamis," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News