Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
Sementara itu, berdasarkan riset tanggal 6 Desember 2022, Analis MNC Sekuritas Raka Junico W. memprediksi, pertumbuhan pendapatan secara agregagat dari empat emiten dalam coverage-nya (MAPI, ACES, ERAA, RALS) dapat mencapai 44,7% YoY. Kemudian, laba bersih secara agregat dapat meningkat 32,6% YoY.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut. Mulai dari hari persediaan yang lebih baik mendekati tingkat sebelum pandemi, strategi meningkatkan omnichannel, dan posisi kas yang cukup untuk menjaga likuiditas.
Raka mencatat, pada sembilan bulan pertama 2022, hari persediaan ERAA sudah mencapai 46 hari, lebih singkat dari tahun 2019 yang sebanyak 64 hari. Lalu, MAPI 113 hari (110 hari pada 2019), RALS 118 hari (97 hari pada 2019), dan ACES 291 hari (222 hari pada 2019).
"Musim perayaan di kuartal IV-2022 dan Idul Fitri di awal kuartal II-2023 berpotensi meningkatkan obral yang memungkinkan perusahaan untuk mengurangi hari persediaan dan menurunkan biaya," ucap Raka.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Pilihan untuk Perdagangan Senin (16/1), IHSG Berpeluang Menguat
Kemudian, strategi omnichannel yang lebih baik dapat mendorong volume penjualan para peritel. Lebih jauh, hal ini akan menciptakan cost leadership serta mengangkat profitabilitas.
Terkait kecukupan kas, Raka mencatat bahwa rasio kas agregat dari keempat emiten dalam coverage-nya telah meningkat menjadi 42% di Januari-September 2022, dari 29% pada periode sama tahun 2021. Ia memperkirakan rasio kas akan tetap solid di sekitar 60% pada 2023, terutama didorong oleh musim perayaan pada kuartal IV-2022.
Mengenai ekspansi, para peritel diyakini akan selektif dalam membangun gerai baru. Contohnya ACES dan RALS yang cenderung melakukan ekspansi ke kota-kota tier 2 dan tier 3 untuk meningkatkan kesadaran merek serta mendapatkan biaya sewa yang lebih rendah.
Di sisi lain, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar AS diprediksi berlanjut pada 2023 karena sikap The Fed yang masih akan menaikkan suku bunga acuannya untuk menekan inflasi. Karena hal ini, margin para peritel diperkirakan akan tertekan karena tidak semua biaya dapat diteruskan ke pelanggan.
"Saya juga melihat antusiasme terhadap program Buy Now Pay-later menjadi kurang menarik seiring dengan kenaikan suku bunga," ungkap Raka.
Ketiga analis ini merekomendasikan overweight untuk sektor ritel. Menurut Raka, sektor ritel masih didukung oleh ketahanan makroekonomi domestik dan kebijakan pro-stabilitas yang akan menguntungkan belanja konsumen di tengah inflasi yang masih cukup tinggi.