Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatatkan peningkatan rugi neto atas investasi pada saham dan efek lainnya sepanjang bulan Januari-Juni 2025.
Melansir laporan keuangan, SRTG mengalami kerugian neto atas investasi pada saham dan efek lainnya sebesar Rp 1,82 triliun per semester I 2025. Ini memburuk 32,83% secara tahunan alias year on year (yoy) dari rugi Rp 1,37 per semester I 2024.
Nilai aset investasi pada saham sebesar Rp 51,09 triliun per semester I 2025, turun dari Rp 51,91 triliun di episode sama tahun 2024.
Baca Juga: Direksi Saratoga Investama Sedaya Tambah Kepemilikan, SRTG Ada di Awal Fase Uptrend
Secara rinci, SRTG punya investasi saham pada perusahaan terbuka Tanah Air di perusahaan blue chip dan berkembang. Investasi di perusahaan terbuka bluechip ada di PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan persentase kepemilikan 9,13% dan nilai wajar Rp 4,45 triliun.
Lalu, di PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) punya persentase kepemilikan 20,34% dengan nilai wajar Rp 7,66 triliun. Kepemilikan di PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) sebesar 4% dan nilai wajar Rp 2,85 triliun.
Di PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), SRTG punya kepemilikan saham secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, kepemilikannya sebesar 4,38% dengan nilai wajar Rp 2,26 triliun.
Secara tidak langsung, kepemilikan melalui PT Adaro Strategic Capital sebesar 25% dengan nilai wajar Rp 11,47 triliun dan melalui PT Adaro Strategic Lestari sebesar 29,79% dengan nilai wajar Rp 4,57 triliun.
Baca Juga: Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Beli 71,56 Juta Saham Adaro Andalan (AADI)
Sementara, investasi SRTG di perusahaan publik berkembang ada di PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), PT Samator Indo Gas Tbk (AGII), dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA).
Di MPMX, kepemilikannya sebesar 56,69% dengan nilai wajar Rp 2,49 triliun. Di AGII, kepemilikannya sebesar 10% dengan nilai wajar Rp 429,33 miliar. Lalu, di NRCA kepemilikan SRTG sebesar 6,97% dengan nilai wajar Rp 61,21 miliar.
Namun, Saratoga mampu membalikkan rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan alias rugi bersih menjadi laba bersih di paruh pertama tahun 2025. Laba bersih SRTG tercatat Rp 102,01 miliar per Juni 2025. Ini berbalik dari rugi Rp 446,39 miliar di periode sama tahun lalu.
Selain itu, SRTG mencatatkan Nilai Aset Bersih alias net asset value (NAV) sebesar Rp 53,99 triliun per semester I 2025.
Sejalan dengan peningkatan NAV, pada periode enam bulan pertama tahun 2025, Saratoga juga mencatatkan pendapatan dividen sebesar Rp 1,26 triliun.
Baca Juga: Tak Jadi Pengendali, Saratoga Investama (SRTG) Beli 71,56 Juta Saham Adaro (AADI)
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan, menjelaskan, pendapatan dividen di periode ini berasal dari perusahaan portofolio, seperti ADRO, MPMX, dan TBIG.
Ke depan, SRTG pun tetap berfokus pada sektor-sektor dengan prospek pertumbuhan jangka panjang. Seperti, layanan kesehatan, infrastruktur digital, ekonomi hijau dan energi terbarukan, dan konsumen.
“Kami berupaya menciptakan nilai optimal bagi para pemegang saham, sekaligus mendukung pertumbuhan berkelanjutan dari perusahaan-perusahaan portofolio,” ungkapnya dalam keterangan pers, Rabu (30/7).
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mencermati, kerugian atas nilai investasi yang dideritas SRTG lantaran ada penurunan performa kinerja portofolio. Penyebab utamanya berasal dari volatilitas pasar saham di sepanjang paruh pertama tahun 2025.
Baca Juga: Saratoga Investama (SRTG) Bagi Dividen Rp 200 Miliar
Salah satu pendorong kinerja SRTG di periode ini lantaran perseroan mampu mengantongi Rp 837,87 miliar pada pos manfaat pajak penghasilan tangguhan. Sebelumnya, SRTG menderita beban pajak penghasilan tangguhan sebesar Rp 350,02 miliar.
Sebagai informasi, pajak tangguhan (deferred tax) merupakan perbedaan waktu antara pengakuan akuntansi dan pengakuan pajak atas suatu pendapatan atau beban.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila melihat, kenaikan dari pendapatan dividen, seperti dari MDKA, MPMX atau ADRO, yang menopang kinerja portofolio dan arus kas SRTG.
“Lalu, ada realized gain juga dari saham berfundamental baik seperti MPMX,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (31/7).
Baca Juga: Grup Saratoga Ekspansi Bisnis Data Center
Prospek dan Rekomendasi Saham
Menurut Indy, ada potensi pemulihan kinerja portofolio SRTG di semester II. Misalnya, pemulihan harga emas yang bisa mendorong kinerja MDKA. Lalu, penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) bisa meningkatkan kinerja emiten telekomunikasi, dalam hal ini TBIG yang ada di portofolio SRTG.
Namun, Indy masih merekomendasikan wait and see untuk SRTG sembari menunggu perbaikan dari sisi kinerja fundamental.
“Karena masih ada penggerusan laba, jadi price to earning ratio (PER) masih negatif dan di bawah rata-rata industri,” katanya.
Baca Juga: Catat Laba Positif di 2024, Saratoga (SRTG) Siap Genjot Kinerja Pada 2025
Nafan melihat, secara historis, pasar saham biasanya menghijau selama bulan Agustus dan pada periode November-Desember. Tren tersebut memberikan harapan untuk peningkatan kinerja SRTG di semester II.
Sehingga, rekomendasi maintain buy diberikan Nafan untuk SRTG dengan target harga Rp 2.220 per saham.
Selanjutnya: PPATK Buka Kembali 28 Juta Rekening Dormant, Nasabah Wajib Lakukan Ini
Menarik Dibaca: Apakah Minum Teh Hijau Bisa Menurunkan Berat Badan atau Tidak? Ini Jawabannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News