Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina, Agustinus Beo Da Costa |
JAKARTA. Investor pasar modal bakal kembali menjalani minggu yang kurang cerah. Pasalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diyakini bakal tak bertenaga.
Reza Nugraha, Analis MNC Securities menuturkan, IHSG menunggu katalis untuk kembali memperkuat rekor penguatan. Namun, katalis ini belum terlihat karena kondisi termutakhir di Eropa belum menunjukkan perbaikan.
Arah kebijakan yang diambil pemerintah Siprus misalnya, belum diketahui apakah akan menerima atau menolak bailout alias dana talangan dari Uni Eropa. "Investor wait and see, sehingga IHSG kemungkinan susah naik secara signifikan," kata Reza, kemarin.
Di sisi lain, IHSG juga tidak akan turun terlalu dalam. Sebab, para investor akan menghadapi pembagian dividen. Melihat kondisi ini, Reza memprediksikan pekan ini IHSG bergerak sideways di rentang 4.750-4.860.
Lantas apa yang bisa menjadi pegangan investor untuk menentukan saham layak koleksi seperti sekarang ini? Salah satu alternatifnya adalah investor bisa menggunakan analisis Beta yang dikeluarkan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Secara sederhana, analisis ini memberikan nilai beta pada setiap saham dengan besaran antara 0 hingga 3.
IHSG sendiri memiliki nilai Beta 1. Saham dengan Beta kurang dari 1 memiliki volatilitas di bawah IHSG. Demikian pula sebaliknya.
Reza menyarankan investor untuk mengambil posisi defensif pada kondisi IHSG yang diprediksi sideways. Untuk itu, investor sebaiknya mengambil saham-saham berbeta di bawah 1. "Volatilitasnya cenderung lebih aman apalagi pasar sedang tidak bergairah," ungkap Reza.
Namun, Reza memberi catatan lebih spesifik yaitu investor disarankan mengambil saham Beta di bawah 1 hanya dari empat sektor, yaitu perbankan, semen, barang konsumsi dan farmasi. Sebab, kenaikan keempat sektor itu tak-tinggi amat ketika IHSG terus mencetak rekor. Imbasnya, pekan ini saham-saham di empat sektor itu mempunyaipotensi kenaikan lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.
Berdasarkan riset Pefindo per 21 Maret 2013, ada beberapa saham di empat sektor yang memiliki Beta di bawah 1. Di sektor perbankan, ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan beta 0,992 dan PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) yang berbeta 0,412.
Saham di sektor semen yang bisa menjadi pilihan adalah PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang mempunyai beta 0,964. Beta saham PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) juga di bawah 1 yaitu 0,983.
Sektor barang konsumsi dan farmasi juga memiliki saham-saham yang berbeta di bawah 1. Saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) misalnya, memiliki Beta 0,601. Beta saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga di bawah 1 yaitu 0,981.
Selalu lihat fundamental
Analis Henan Puthirai Assets Management, Felix Sindhunata, menganjurkan, investor sebaiknya memberikan porsi yang seimbang antara saham-saham berbeta di atas 1 dan di bawah 1. "Tergantung persepsi terhadap risiko juga," ujar Felix.
Jika investor menilai risiko kedepan tinggi, lanjut Felix, sebaiknya mengapit saham-dengan Beta yang kecil. Namun jika jangka waktu investasi sang investor relatif panjang, tak salah membeli saham berbeta lebih dari 1 yang memiliki orientasi bisnis ke pasar domestik.
Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia cenderung melihat peluang di saham-saham dengan nilai Beta di atas 1. Sebab, pergerakan IHSG dalam sepekan ini sulit diprediksikan. "Risikonya memang lebih tinggi, tapi potensi profit yang bisa kita ambil juga akan lebih tinggi jika IHSG ternyata naik signifikan," ungkapnya.
Namun, Satrio memberi catatan, investor juga harus melihat kondisi fundamental dari emiten bersangkutan. Meski valatilitasnya tinggi dan berisiko, saham berfundamental bagus tetap saja akan dilirik oleh investor pasar modal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News