kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

MI asing menguasai 59% aset reksadana


Senin, 25 Maret 2013 / 07:37 WIB
MI asing menguasai 59% aset reksadana
ILUSTRASI. Promo Guardian Super Hemat


Reporter: Wahyu Satriani, Agustinus Beo Da Costa | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Perusahaan manajer investasi asing mendominasi industri reksadana Indonesia. Sebanyak 16 manajer investasi asing di Indonesia, menguasai sekitar 59% dana kelolaan industri reksadana.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, total dana kelolaan reksadana di Indonesia per 8 Maret 2013 mencapai Rp 189,73 triliun. Manajer investasi asing mengelola Rp 111,73 triliun.

Menurut Direktur Pengawasan Pengelolaan Investasi OJK, Fakhri Hilmi, asing dominan karena banyak perusahaan manajer investasi asing masuk Indonesia. Pemerintah juga tidak membatasi kepemilikan asing di industri reksadana. "Bahkan lewat akuisisi, asing bisa menguasai 90% saham manajer investasi lokal," kata Fakhri, baru-baru ini.

Ashmore Investment Management Ltd, perusahaan asal Inggris, menguasai sekitar 75% saham Ashmore Asset Management Indonesia. Ashmore Investment mengambil alih saham Buana Megah Abadi, hasil pemisahan kegiatan usaha manajer investasi dari PT Evergreen Capital. Pengambilalihan efektif Juli 2012.

Mirae Asset Global Investments Co, pengelola investasi terbesar kedua Korea Selatan, juga dikabarkan akan masuk dengan mengakuisisi PT NISP Asset Management. Namun menurut Fakhri, hingga kini belum ada informasi mengenai masuknya Mirae ke pasar reksadana Indonesia. "Kalau Mirae mau masuk, pasti mereka akan mendatangi kami. Namun hingga kini belum ada," kata Fakhri.

Fakhri menambahkan, selain akuisisi, beberapa manajer investasi asing juga masuk dan mendirikan perusahaan sendiri. Paling baru, perusahaan grup Prudential mendirikan PT Eastspring Investments Indonesia. Ada pula PT AMCI Manajemen Investasi Indonesia yang merupakan perusahaan asal Malaysia.

Fakhri mengakui, regulasi terkait asing relatif mudah. Otoritas hanya mengatur kemampuan keuangan perusahaan. Selain itu, pihaknya juga mewajibkan jajaran direksi perusahaan untuk tinggal di Indonesia. "Kenyataannya, meski manajer investasi asing, jajaran direksi yang mengisi merupakan warga negara Indonesia," tutur Fakhri.

Direktur PT Infovesta Utama, Parto Kawito, menilai, dominasi MI asing ini tak lepas dari perilaku investor Indonesia yang lebih senang berinvestasi di perusahaan asing ketimbang lokal. Perusahaan asing juga dianggap lebih berpengalaman di industri reksadana.

Maklum, mereka sudah mengenal reksadana lebih dulu dibanding Indonesia sehingga lebih berpengalaman. "Perusahaan manajer investasi asing yang masuk ke Indonesia juga merupakan perusahaan yang besar-besar," kata Parto.

Menurut catatan Infovesta, PT Schroder Investment Management Indonesia dan PT BNP Paribas Investment Partners menempati posisi teratas di pengelolaan dana industri reksadana. Per akhir Februari 2013, tanpa memasukkan aset kelolaan kontrak penyertaan terbatas dan reksadana dollar, total dana kelolaan Schroder senilai Rp 38,82 triliun dan BNP Paribas mengelola sekitar Rp 26,75 triliun.

Parto menilai, aturan industri reksadana juga semakin ketat. Manajer investasi harus melaksanakan 10 fungsi. "Aturan 10 fungsi manajer investasi tersebut memberatkan MI lokal karena membutuhkan biaya besar. Belum lagi manajer investasi harus membayar pegawai," kata Parto.

Hal itu mengakibatkan manajer investasi lokal sulit berkembang. Apalagi, kata Parto, banyak investor institusi yang memiliki kebijakan tidak boleh menempatkan dananya di manajer investasi dengan dana kelolaan di bawah Rp 1 triliun. "Akhirnya investor hanya memilih perusahaan besar saja dan tak menutup kemungkinan MI kecil terancam ditutup," kata Parto.

OJK mencatat jumlah manajer investasi per 8 Maret mencapai 73 perusahaan. Angka ini turun dibanding lima tahun sebelumnya yang mencapai 110 perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×