Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Pasar saham Asia menguat pada perdagangan Rabu (7/5), ditopang optimisme pasar terhadap pertemuan pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) dan China yang berpotensi meredakan ketegangan dagang kedua negara.
Sementara itu, mata uang regional bergerak stabil usai tekanan penguatan dolar AS dalam beberapa hari terakhir.
Indeks saham di Manila naik 1,2%, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 1%, dan Seoul menambah 0,3%.
Baca Juga: Bursa Asia Bervariasi di Pagi Ini (7/5), Indeks Hang Seng Melonjak 2,24%
Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa China ingin menegosiasikan kesepakatan dagang untuk mengakhiri tarif balasan, dan menambahkan bahwa pertemuan antara pemimpin kedua negara akan terjadi "pada waktu yang tepat".
Pasar saham China juga dibuka menguat. Optimisme investor terdongkrak setelah bank sentral China mengumumkan akan menurunkan rasio giro wajib minimum (GWM) perbankan sebesar 50 basis poin, yang diperkirakan akan menyuntikkan likuiditas sekitar 1 triliun yuan ke sistem keuangan.
Bank sentral juga menurunkan suku bunga reverse repo tenor tujuh hari sebesar 10 bps.
Indeks Shanghai naik 0,5%, sementara nilai tukar yuan menguat tipis 0,1%.
Mata uang won Korea Selatan menguat hingga 1,6% menjadi 1.379 per dolar AS, level terkuat sejak 29 November, seiring kembalinya pelaku pasar setelah libur panjang.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.946,6 di Pagi Ini (7/5), ANTM, ADRO, MDKA Jadi Top Gainers LQ45
Pasar mata uang Asia sebelumnya mengalami fluktuasi tajam, termasuk lonjakan dolar Taiwan sebesar 6% terhadap dolar AS dalam dua hari perdagangan terakhir—kenaikan dua hari terbesar dalam sejarah.
Analis mengaitkan lonjakan ini dengan spekulasi seputar komitmen apresiasi mata uang dalam skenario negosiasi dagang AS, meski hal ini telah dibantah oleh bank sentral dan Presiden Taiwan.
Indeks dolar AS melanjutkan pelemahannya untuk hari keempat berturut-turut, diperdagangkan datar di level 99,54.
"Tren pelemahan dolar akhirnya mulai berdampak ke Asia," ujar Moh Siong Sim, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore.
"Investor kini mulai mengelola eksposur dolar mereka yang overweight dan mencari aset lain."
Sim menambahkan, prospek pasar Asia akan sangat bergantung pada perkembangan dari China.
"Masih sulit melihat potensi apresiasi besar dari yuan selama tarif masih tinggi," jelasnya.
Baca Juga: Bank Sentral China Longgarkan Kebijakan Menjelang Pertemuan Dagang dengan AS
Sementara itu, India dan Inggris resmi menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas.
Perdana Menteri Narendra Modi menyebut, kesepakatan ini mencakup juga perjanjian jaminan sosial, yang diyakini akan meningkatkan investasi dan penciptaan lapangan kerja.
Namun, nilai tukar rupee India diperkirakan melemah pada pembukaan hari ini setelah aksi militer India terhadap Pakistan memicu peningkatan ketegangan lintas batas.
Dari sisi kebijakan moneter, The Fed memulai rapat kebijakan dua hari. Ketua Jerome Powell diperkirakan mempertahankan suku bunga, sembari menunggu data tambahan sebelum mengambil langkah selanjutnya.
Baca Juga: Malaysia Kenakan Bea Anti-Dumping atas Impor PET dari Indonesia dan China
Sementara itu, bank sentral Malaysia diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan dalam rapat yang dijadwalkan pada Kamis (8/5).
Di sisi lain, baht Thailand melemah 0,6% dan ringgit Malaysia bergerak datar.
Selanjutnya: Tax Ratio 7,95% di Kuartal I-2025, Pengamat: Indonesia Makin Ketergantungan Utang
Menarik Dibaca: Resep Dadar Gulung Isi Kelapa yang Gampang dan Enak, Cantik Berpori Anti Gagal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News