Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
“BUMN Karya memang tengah bermasalah dan semuanya perlu diperbaiki. Ini proses jangka panjang dan tidak akan berubah dalam kurun waktu hanya satu tahun,” ungkapnya.
Technical Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora mengatakan, likuiditas emiten BUMN Karya di tahun 2024 masih akan berat. Sebab, utang BUMN Karya masih tinggi dan posisi cashflow yang negatif.
“Namun, proyek mereka di IKN nampaknya akan tetap berlanjut. Tapi, perkembangan proyek mereka pada tahun-tahun berikutnya akan bergantung pada hasil Pilpres 2024,” ujarnya kepada Kontan, Senin (27/11).
Baca Juga: Harga Jual Batubara Bukit Asam (PTBA) Terkoreksi 22%
Menurut Andhika, likuiditas emiten BUMN Karya bermasalah karena dalam menjalankan proyek konstruksi, mereka menjalankannya dengan metode pembayaran termin kontrak turnkey.
Artinya, emiten BUMN Karya harus menyelesaikan proyek terlebih dahulu, baru kemudian mendapatkan uang hasil dari mengerjakan proyek tersebut.
“Hal ini menjadi faktor yang membuat likuiditas emiten BUMN Karya menjadi terganggu,” paparnya.
Arjun belum memberikan rekomendasi untuk saham emiten BUMN Karya.
Sementara, Andhika merekomendasikan buy on weaness untuk PTPP dan WIKA dengan target harga masing-masing Rp 545 - Rp 620 dan Rp 370 - Rp 400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News