Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara kian merosot. Bulan ini saja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) sebesar US$ 71,92 per ton atau turun 11,73% dibandingkan HBA bulan Juni lalu. Sebenarnya, tren penurunan ini telah terjadi sejak September 2018.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava mengatakan, penurunan harga pada bulan Mei hingga Juni telah membuat beberapa pelanggan menunda pengiriman. Hal ini terjadi karena harga yang mereka gunakan didasarkan pada indeks bulan sebelumnya yang rata-rata Mei sekitar US$ 84 per ton sedangkan harga month to date rata-rata Juni sekitar US$ 73 per ton.
"Efek tambahan dari hal ini adalah beberapa pengiriman yang direncanakan untuk bulan Juni akan didorong kembali ke bulan Juli," jelas Dileep saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (5/7).
Maka dari itu, penjualan pada bulan Juni akan lebih rendah bila dibandingkan bulan Mei. Namun, Dileep berharap hal ini tidak mempengaruhi penjualan tahun ini karena hanya terjadi dalam jangka waktu yang pendek.
Mengutip data BUMI per 19 Mei 2019, untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri alias domestic market obligation (DMO) PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia masing-masing 23% dan 24%. "Ini diharapkan untuk kembali ke 25% selama beberapa bulan ke depan," jelas dia.
Penjualan Kaltim Prima Coal dipertahankan pada 5,1 juta ton di bulan Mei dengan realisasi rata-rata hingga US$ 59,8 per ton untuk bulan tersebut. Sementara itu penjualan Arutmin meningkat menjadi 2,1 juta ton dengan harga US$ 42,80 per ton pada bulan Mei. Secara keseluruhan, harga yang terealisasi berada di US$ 54,8 per ton untuk bulan Mei 2019.
Adapun, persediaan BUMI pada bulan Mei 2019 tercatat 3,7 juta ton. Angka ini turun tipis bila dibandingkan dengan kondisi bulan April 2019 yang sebesar 3,8 juta ton.
Dileep mengatakan baik Kaltim Prima Coal dan Arutmin dalam kondisi dipengaruhi oleh hujan lebat pada bulan Juni, sehingga diperkirakan produksi akan sedikit lebih rendah dari bulan Mei. "Kami mengharapkan produksi normal kembali pada bulan Juli," jelas dia.
Sementara itu, terkait piutang PLN 90 hari telah dikurangi menjadi US$ 15,4 juta dari sebelumnya US$ 26 juta pada bulan April. Penurunan tersebut terjadi karena Kaltim Prima Coal mengurangi piutang selama 90 hari dari sekitar US$ 12 juta menjadi US$ 1 juta, sedangkan Arutmin tetap sekitar US$ 14 juta.
Hingga saat ini, BUMI tetap menetapkan jumlah produksi tahun 2019 mencapai 88 juta ton hingga 90 juta ton. Dengan memenuhi kebutuhan Kaltim Prima Coal mencapai 60 juta ton dan Arutmin mencapai 28 juta ton hingga 30 juta ton.
Dengan harga dalam ulasan sebesar US$ 56 per ton. Untuk Kaltim Prima Coal sebesar US$ 61 per ton sedangkan Arutmin sebesar US$ 50 per ton. Sementara itu biaya dalam ulasan adalah US$ 36 per ton, untuk Kaltim Prima Coal sebesar US$ 37 per ton dan Arutmin sebesar US$ 34 per ton. Serta pembayaran utang pada 9 Juli 2019 kira-kira US$ 31 juta.
Adapun kondisi pasar juga menunjukkan penurunan. Newcastle Brenchmark Coal pada bulan Mei turun menjadi US$ 83 per ton dari US$ 87 per ton. Hal ini terjadi karena berlanjutnya ketidakpastian tentang keterlambatan impor batubara Australia oleh Cina dan sengketa perdagangan yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat (AS).
Pada minggu pertama Juni, harga batubara turun menjadi US$ 73 per ton. Penurunan ini didorong oleh komentar dari AS dan Cina tentang sengketa perdagangan dan laporan yang dikonfirmasi dari Rusia dan Kolombia mendorong volume batubara tambahan ke pasar Asia.
Ekspektasi harga umum untuk batubara impor di pasar China pada bulan Mei adalah sebagai berikut, batubara dengan kalori atau net as received (NAR) sebesar 3.800 sekitar US$ 35 per ton, 4.400 NAR sebesar US$ 46 per ton dan 4.700 NAR sebesar US$ 49 per ton.
Sementara itu impor batubara termal India sebesar 18,2 juta ton meningkat 69,2% secara tahunan (yoy). Indonesia merupakan pemasok dominan yang menyediakan 12,7 juta ton. Berdasarkan ulasan BP Energy tahun 2018, kebutuhan energi India dalam batubara akan meningkat 20% dalam 10 tahun ke depan.
Sekedar informasi, HBA Juli 2019 merupakan yang terendah sejak September 2018. Saat itu HBA masih dipatok senilai US$ 104,81 per ton, kemudian terus turun hingga akhir tahun 2018 di kisaran US$ 92,51 per ton. Dan berlanjut pada awal 2019 yang sebesar US$ 92,4 per ton hingga Mei 2019 yang tercatat US$ 81,86 dan terus turun hingga Juli ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News