Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) serius menggarap portofolio bisnis tambang mineralnya di Palu dan Gorontalo. Keseriusan ini tercermin dari belanja modal atawa capital expenditure (capex) jangka panjang yang telah disiapkan.
Perusahaan milik Grup Bakrie tersebut menyiapkan capex US$ 123 juta atau setara Rp 1,76 triliun hingga 2024.
"Capex akan kami fokuskan untuk membangun pabrik kedua dan ketiga baik di Palu," ujar Direktur & Investor Relations BRMS Herwin Hidayat kepada KONTAN belum lama ini.
Secara rinci, BRMS bakal membangun pabrik pengolahan bijih emas di Palu dengan kapasitas 4.000 ton per hari.
Baca Juga: BUMI raih penghargaan A+ laporan berkelanjutan terbaik dari UNDP dan FIHRRST
Perusahaan membutuhkan investasi US$ 48 juta untuk pembangunan pabrik ini. Pembangunan telah dilakukan sejak pertengahan tahun lalu dan ditargetkan rampung Maret Tahun depan.
BRMS juga mengalokasikan jumlah yang sama seperti pabrik kedua untuk pembangunan pabrik ketiga di Palu. Pabrik ini memiliki kapasitas yang sama, 4.000 ton per hari.
Alokasi capex sebesar US$ 23 juta akan diperuntukan untuk pengeboran empat prospek emas demi menambah cadangan 20 juta ton bijih emas di Palu. Sisa dana sebesar US$ 5 juta akan dialokasikan untuk pengeboran prospek emas di Gorontalo.
Menyoal sumber dana, BRMS mengkombinasikan pinjaman dan dana hasil rights issue April kemarin senilai Rp 1,6 triliun. Namun, BRMS belum berhenti mencari pendanaan segar untuk menopang ekspansinya.
Baca Juga: Produksi Emas Menanjak, Kinerja Keuangan BRMS Tahun 2022 Bakal Mentereng
Perusahaan berencana kembali menggelar rights issue tahap kedua. BRMS bakal melepas 23,7 miliar saham di harga Rp 70 per saham. Artinya, BRMS berpotensi meraup dana segar Rp 1,6 triliun.
Sudah ada dua pembeli siaga atawa standby buyer dalam rights issue tersebut, yakni Summer Ace Ventures dan HArtman International Pte. Ltd. Rights issue bertajuk penawaran umum terbatas (PUT) II ini ditargetkan rampung kuartal pertama tahun depan.
BRMS mengalokasikan US$ 29 juta dari hasil rights issue tersebut untuk pembangunan pabrik pengolahan bijih emas berkapasitas 2.000 ton per hari. Kemudian, sebesar US$ 45 juta digunakan untuk pembangunan fasilitas pendukung pabrik dan pengeboran prospek emas di Gorontalo.
Untuk infrastruktur jalan tambang dan fasilitas pengolahan limbah, total investasi yang disiapkan sebesar US$ 34 juta. Sisa dana hasil PUT II akan digunakan untuk modal kerja.
Dessy Lapagu, analis Samuel Sekuritas memasang sikap bullish untuk BRMS. Fokus perusahaan untuk memperbaiki fundamental tercermin dari hasil kinerja.
Baca Juga: Ditopang penjualan emas, pendapatan BRMS melonjak di akhir September 2021
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, BRMS mencatat kenaikan laba bersih hingga 154% secara tahunan menjadi US$ 6,2 juta. Kenaikan ini tak lepas dari kenaikan produksi emas 188,2% secara tahunan menjadi 98 kilogram (kg).
"Kami memperkirakan volume produksi emas BRMS akan meningkat jadi 37.000 oz tahun depan dan 55.000 oz pada 2023. Volume ini jauh lebih besar dibanding estimasi volume produksi tahun ini, 2.600 oz," terang Dessy dalam riset.
Mempertimbangkan prospek BRMS, ia merekomendasikan buy dengan target harga Rp 200 per saham. Meski begitu, produksi yang lebih rendah dari perkiraan dan perkembangan ekspansi yang lebih lambat tetap menjadi faktor risiko prospek ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News