Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatatkan top line positif selama tiga bulan pertama 2023. Total processing value (TPV) BUKA meningkat 18,6% secara year on year (YoY) menjadi Rp 40,45 triliun, dari Rp 34,11 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan Earnings Call Summary BUKA yang dirilis Buana Capital, Selasa (2/5), kenaikan TPV didorong oleh pertumbuhan TPV segmen marketplace dan specialty vertical Bukalapak. Sebesar 72% dari total TPV berasal dari luar wilayah tier 1 Indonesia. Hal ini mengindikasikan kuatnya penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi di toko retail offline yang bekerja sama dengan BUKA.
TPV Mitra Bukalapak tercatat tumbuh 9% YoY menjadi Rp 18,7 triliun pada kuartal I-2023 berkat ekspansi ragam produk. Ekspansi ini menghasilkan peningkatan penjualan produk fisik sebesar 10% YoY dan peningkatan 8% YoY pada produk virtual dan layanan keuangan.
Sejalan dengan kenaikan TPV, pendapatan BUKA meningkat 28% YoY menjadi Rp 1 triliun. Secara rinci, pendapatan marketplace melesat 77% YoY menjadi Rp 517 miliar dan pendapatan Mitra Bukalapak naik 9% YoY menjadi Rp 515 miliar.
Baca Juga: Bukalapak (BUKA) Bidik Pendapatan Tembus Rp 4,75 Triliun pada Tahun 2023
Lebih lanjut, adjusted EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, dan depresiasi yang disesuaikan) BUKA pada kuartal I-2023 tercatat minus Rp 209 miliar. Angka ini lebih baik 44% dari periode sama tahun sebelumnya yang menunjukkan minus Rp 372 miliar. Alhasil, rasio adjusted EBITDA terhadap TPV ikut meningkat dari -1,1% pada kuartal I-2022 menjadi -0,5% pada kuartal I-2023.
Akan tetapi, pada akhirnya, BUKA membukukan rugi bersih sebesar Rp 1 triliun pada kuartal I-2023, turun signifikan dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 14,54 triliun pada kuartal I-2022. Pasalnya pada periode sebelumnya, BUKA diuntungkan dengan keuntungan substansial dari nilai kepemilikan Bukalapak di PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI).
Analis RHB Sekuritas Wendy Chandra dan Muhammad Wafi mengatakan, realisasi TPV dan adjusted EBITDA BUKA pada triwulan pertama 2023 sesuai dengan estimasinya. Untuk ke depannya, EBITDA BUKA diperkirakan akan berangsur membaik karena terdorong beberapa hal.
"Mulai dari pertumbuhan pendapatan akibat take-up rate yang lebih baik, penurunan beban subsidi kepada pelanggan, dan penurunan beban penjualan dan pemasaran," kata kedua analis tersebut saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (4/5).
Baca Juga: Sejumlah E-Commerce Naikkan Biaya Layanan, Begini Kata idEA
RHB Sekuritas memprediksi, BUKA bakal membukukan pertumbuhan TPV yang kuat pada April 2023 karena terdorong momen Ramadan, tetapi diperkirakan melambat pada Mei. Namun, jika perlambatan di bulan Mei terkendali, maka TPV di kuartal II-2023 masih akan tumbuh secara kuartal maupun tahunan.
Untuk tahun 2023, manajemen BUKA menargetkan TPV dapat tumbuh 20% YoY dan pendapatan tumbuh 17%-31% YoY. BUKA juga menurunkan asumsi adjusted EBITDA menjadi minus Rp 525 miliar.
Menurut RHB Sekuritas, untuk lebih mengurangi kerugian, BUKA perlu meningkatkan margin kontribusi secara signifikan dari posisi 2022 di 0,02%. RHB Sekuritas juga memperkirakan, BUKA dapat menurunkan adjusted EBITDA menjadi minus Rp 718 miliar pada 2023 atau 36,9% di bawah target adjusted EBITDA manajemen BUKA.
Perkiraan RHB Sekuritas menggunakan asumsi efisiensi biaya yang dilakukan BUKA terus terjadi serta pertumbuhan TPV dan take-up rate mencapai 2,46% (seperti pada kuartal IV-2022).
Baca Juga: 3 Emiten Teknologi Berlomba Mengejar Profitabilitas
Sejalan dengan itu, RHB Sekuritas memprediksi, BUKA masih akan mencatatkan rugi bersih Rp 1,71 triliun pada 2023 dari rugi bersih Rp 1,43 triliun pada 2022. Hal ini mengecualikan potensi keuntungan atau kerugian investasi di Allo Bank Indonesia.
Dalam riset 29 Maret 2023, Head of Indonesia Research & Strategy J.P. Morgan Sekuritas Indonesia Henry Wibowo mengatakan,
BUKA berhasil memperoleh pangsa di bisnis inti B2B mitra, yakni memasok suplai FMCG ke toko UMKM. Sementara kompetitornya justru mengurangi fokus pada bisnis tersebut untuk mempertajam bisnis inti mereka yang lain.
Henry yakin hal ini positif untuk BUKA karena dapat lebih mengonsolidasikan pasar, mendapatkan pangsa pasar, dan meningkatkan metrik profitabilitas. Merujuk NielsenIQ, Mitra Bukalapak menguasai 52% pangsa pasar online to offline (O2O), dibanding 42% pada tahun 2021.
JPMorgan Sekuritas Indonesia menyukai BUKA karena mempunyai profil pertumbuhan yang kuat dengan pendapatan CAGR 2022-2025 sebesar 28% yang didorong oleh bisnis O2O Mitra dan peningkatan monetisasi. Selain itu, BUKA merupakan bagian dari Emtek dan ekosistem Grab yang menjadi katalisator untuk meningkatkan ekspansi BUKA ke e-groceries, logistik, dan layanan keuangan.
JPMorgan memberikan rating overweight untuk BUKA dengan target harga Rp 360 per saham. RHB Sekuritas juga merekomendasikan buy BUKA dengan target harga Rp 330 per saham, setara dengan 2x EV/Sales atau 12% lebih rendah rata-rata industrinya. Per perdagangan Kamis (4/5), BUKA ditutup naik 1,69% ke Rp 240 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News