kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BTEL siap merilis saham non-HMETD Rp 407 miliar


Kamis, 16 Agustus 2012 / 08:37 WIB
BTEL siap merilis saham non-HMETD Rp 407 miliar
ILUSTRASI. Makanan sehat dan nutrisi yang tepat saat masa kehamilan


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Demi mengatasi krisis keuangan, PT Bakrie Telecom Tbk siap menghimpun pendanaan baru. Emiten berkode BTEL ini berniat melaksanakan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).

Bakrie Telecom akan mengeluarkan dan mencatatkan sebanyak 1,54 miliar saham dari rencana maksimal 2,85 miliar saham. Ini adalah penambahan modal tanpa HMETD tahap kedua.

Di tahap pertama, 25 Juni 2012, Bakrie Telecom telah menerbitkan sebanyak 566 juta saham dengan harga penawaran Rp 265 per saham. Dari aksi itu, perseroan meraup dana Rp 150 miliar.

Pada penambahan modal tanpa HMETD tahap kedua ini, Bakrie Telecom juga menetapkan harga Rp 265 per saham. Jadi, operator telekomunikasi pengusung merek Esia ini akan meraih dana sekitar Rp 407 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis Rabu (15/8), Bakrie Telecom menetapkan saham baru tanpa HMETD ini akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada 28 Agustus 2012. Adapun rencana penerbitan sisa saham, yakni sekitar 746 juta unit, belum dikemukakan secara mendetail.

Aksi korporasi ini merupakan kelanjutan dari perkongsian antara Grup Bakrie dan Grup Sampoerna, melalui anak usaha PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia.

Bakrie Telecom nantinya menerbitkan 2,85 miliar saham setara 10% saham tanpa HMETD. Lewat aksi korporasi ini, Sampoerna akan masuk ke Bakrie Telecom dengan menguasai 6% saham.

Bakrie Telecom akan memakai sebagian besar dana hasil penambahan modal tanpa HMETD untuk melunasi utang obligasi yang senilai Rp 650 miliar. Surat utang tersebut jatuh tempo pada September 2012.

Lembaga pemeringkat Fitch Ratings memasukkan BTEL dalam status Ratings Watch Negative, pada medio Juli. Ini lantaran likuiditas BTEL mulai tipis.

Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe menilai posisi bisnis BTEL cukup sulit. "Bisnis telekomunikasi membutuhkan modal besar. BTEL akan kalah bersaing dengan perusahaan yang sudah mapan, seperti Telkomsel," kata dia.

Harga saham BTEL, Kamis (15/8), menguat 1,31% menjadi Rp 155 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×