Reporter: Nur Qolbi | Editor: Handoyo .
Iwan menurutkan, saat ini Sritex sudah bisa memproduksi APD yang 100% bahan bakunya berasal dari dalam negeri dan penjahitannya dilakukan di Indonesia. Pada Mei lalu, pakaian APD buatan Sritex lolos ISO 16604 Class 3 dan memenuhi standard internasional yang ditetapkan World Health Organization (WHO).
Oleh karena itu, menurut dia, persaingan dengan produk impor untuk pakaian APD medis dan masker nonmedis tidaklah sulit. Meskipun begitu, ia membuat pengecualian untuk masker N95 yang memang masih memerlukan impor karena ketersediaan baku yang sangat terbatas.
Bernada serupa, Wakil Direktur Utama PT Pan Brothers Tbk (PBRX) Anne Patricia Sutanto menilai, lonjakan impor tersebut dipicu oleh produksi APD medis dan masker medis dalam negeri yang terbatas. Akan tetapi, ia meyakini, porsi impor pakaian APD saat ini sudah turun drastis.
Anne berkaca pada Pan Brothers yang baru bisa menyuplai pakaian APD medis mulai Mei 2020. "Sebelumnya, kami hanya bisa jual yang nonmedis karena sedang proses uji coba dan pengurusan izin edar pada Maret-April 2020," ungkap Anne.
Baca Juga: Baju APD buatan Sri Rejeki Isman (Sritex) memenuhi standard internasional WHO
Ia mengklaim, perusahaannya juga sama sekali tidak menemukan masalah untuk bersaing dengan produk-produk impor. Bahkan, Pan Brothers sudah menjadi suplier resmi pakaian APD ke Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta menjualnya ke pasar domestik.
"Beberapa produk baju hamzat medis dan gown yang diproduksi PBRX juga sudah lolos uji level 3 dari ISO maupu TUV," ucap Anne. Akan tetapi, ia juga membuat pengecualian untuk masker N95 karena produksi Indonesia masih terbilang sedikit.
Anne memprediksi, penjualan pakaian APD medis dan masker akan berkontribusi sekitar 15% terhadap total pendapatan Pan Brothers sampai dengan akhir tahun ini. Tak berhenti sampai di situ, PBRX juga berencana mendiversifikasi produk pakaian APD ke dalam unit bisnis tersendiri serta memperluas suplainya ke Indonesia dan luar negeri.