kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BPS catat ribuan ton impor masker dan APD, produsen dalam negeri genjot produksi


Minggu, 05 Juli 2020 / 20:33 WIB
BPS catat ribuan ton impor masker dan APD, produsen dalam negeri genjot produksi
ILUSTRASI. Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri . ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, selama Januari-Mei 2020, Indonesia mengimpor pakaian Alat Pelindung Diri (APD) sebanyak 2.993,34 ton atau US$ 43,48 juta. Data ini terekam dalam daftar impor barang percepatan penanganan COVID-19 per Mei 2020.

Sebesar 41,34% pakaian APD ini diimpor pada Januari-Februari 2020. Kemudian, sisa 58,66% impor terealisasi pada Maret-Mei 2020. Mayoritas APD ini datang dari China, yakni sebanyak 2.006,18 ton dan bernilai US$ 31,98 juta.

Baca Juga: Industri TPT sambut positif pembukaan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan

Penyumbang APD impor terbesar selanjutnya adalah Hong Kong sebanyak 450,57 ton (US$ 5,42 juta), Vietnam 143,87 ton (US$ 1,46 juta), Korea Selatan 138 ton (US$ 1,39 juta), Jepang 46,83 ton (US$ 679,36 ribu), dan 207,79 ton (US$ 2,54 juta) berasal dari berbagai negara.

Selain pakaian APD, Indonesia mengimpor masker sebanyak 2.806,85 ton atau US$ 77,77 juta sepanjang Januari-Mei 2020. Sebesar 19,56% impor masker terjadi pada Januari-Februari 2020, lalu 80,43% pada Maret-Mei 2020.

Impor masker terbesar berasal dari China sebanyak 2.404,41 ton atau US$ 66,36 juta. Disusul oleh Singapura 107,97 ton (US$ 3,23 juta), Hong Kong 65,35 ton (US$ 2,14 juta), Amerika Serikat 26,64 ton (US$ 1,12 juta), Korea 28,64 ton (US$ 991,22 ribu), dan negara lainnya 173,83 ton (US$ 3,92 juta).

Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex Iwan Setiawan Lukminto mengatakan, banjir impor tersebut disebabkan oleh Indonesia yang pada awal tahun belum memiliki produksi APD medis dan masker medis. "Akan tetapi, setelah Februari seharusnya banyak pasokan dari dalam negeri," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (3/7).

Baca Juga: Harga saham Sri Rejeki Isman (SRIL) melesat 41% sepekan, simak rekomendasi analis

Iwan menurutkan, saat ini Sritex sudah bisa memproduksi APD yang 100% bahan bakunya berasal dari dalam negeri dan penjahitannya dilakukan di Indonesia. Pada Mei lalu, pakaian APD buatan Sritex lolos ISO 16604 Class 3 dan memenuhi standard internasional yang ditetapkan World Health Organization (WHO).

Oleh karena itu, menurut dia, persaingan dengan produk impor untuk pakaian APD medis dan masker nonmedis tidaklah sulit. Meskipun begitu, ia membuat pengecualian untuk masker N95 yang memang masih memerlukan impor karena ketersediaan baku yang sangat terbatas.

Bernada serupa, Wakil Direktur Utama PT Pan Brothers Tbk (PBRX) Anne Patricia Sutanto menilai, lonjakan impor tersebut dipicu oleh produksi APD medis dan masker medis dalam negeri yang terbatas. Akan tetapi, ia meyakini, porsi impor pakaian APD saat ini sudah turun drastis.

Anne berkaca pada Pan Brothers yang baru bisa menyuplai pakaian APD medis mulai Mei 2020. "Sebelumnya, kami hanya bisa jual yang nonmedis karena sedang proses uji coba dan pengurusan izin edar pada Maret-April 2020," ungkap Anne.

Baca Juga: Baju APD buatan Sri Rejeki Isman (Sritex) memenuhi standard internasional WHO

Ia mengklaim, perusahaannya juga sama sekali tidak menemukan masalah untuk bersaing dengan produk-produk impor. Bahkan, Pan Brothers sudah menjadi suplier resmi pakaian APD ke Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta menjualnya ke pasar domestik.

"Beberapa produk baju hamzat medis dan gown yang diproduksi PBRX juga sudah lolos uji level 3 dari ISO maupu TUV," ucap Anne. Akan tetapi, ia juga membuat pengecualian untuk masker N95 karena produksi Indonesia masih terbilang sedikit.

Anne memprediksi, penjualan pakaian APD medis dan masker akan berkontribusi sekitar 15% terhadap total pendapatan Pan Brothers sampai dengan akhir tahun ini. Tak berhenti sampai di situ, PBRX juga berencana mendiversifikasi produk pakaian APD ke dalam unit bisnis tersendiri serta memperluas suplainya ke Indonesia dan luar negeri. 

Saat ini, Pan Brothers memiliki kapasitas produksi 10 juta masker dan 30 juta APD setiap bulannya. Sementara itu, Sritex mampu memproduksi 500.000 unit APD per bulan.

Baca Juga: Pelaku industri TPT sebut penetapan bea masuk tekstil impor tetap perlu dipantau

Tak mau ketinggalan, PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) juga akan terus memperdagangkan produk pakaian APD hamzat dan masker nonmedis. Pasalnya, BELL melihat, dampak pandemi Covid-19 masih akan berlanjut hingga akhir tahun.

Direktur Utama BELL Karsongo Wongso Djaja memperkirakan, kedua produk tersebut akan berkontribusi positif pada kinerja kuartal II-2020 BELL. Mengingat, pembuatan kedua produk tersebut baru dimulai pada awal April 2020.

Untuk berkompetisi dengan produsen lainnya, BELL akan terus mendiversifikasi produknya dan berinovasi dengan membuat Kain Sehat. Ini adalah produk kain yang dilengkapi dengan fitur anti microbial dan water repellent.

Saat ini, Kain Sehat tengah BELL kembangkan menjadi jaket lipat sebagai pelindung tambahan di era new normal melalui brand andalannya, JOBB. "Ke depannya Kain Sehat akan dijual dalam bentuk kain sehingga dapat diaplikasikan untuk berbagai bentuk baju dan celana, bahkan jas dan seragaml," ungkap Karsongo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×