Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BNI Sekuritas menilai bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di zona hijau atau menguat di tengah gejolak politik Indonesia mengingat akan terjadinya pesta demokrasi Pemilu pada Februari 2024.
Adapun BNI Sekuritas memprediksi IHSG bisa menembus level 8.400, jika bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menurunkan suku bunga acuan.
SEVP Research BNI Sekuritas Erwan Teguh mengatakan, selama ini tahun politik dan pelaksanaan Pemilu di Indonesia selalu memberikan hasil positif, sehingga pasar dipercaya juga akan positif. Tetapi tetap perlu adanya kehati-hatian.
Dia menyebutkan bahwa sentimen positif lainnya datang dari fondasi yang kokoh dalam struktur negara serta dorongan global yang kuat menuju energi terbarukan ataupun kendaraan listrik. Hal tersebut yang menyebabkan sejumlah perusahaan dapat mencari pendanaan dengan tepat waktu.
Baca Juga: IHSG Hari Ini Melemah, Begini Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Jumat (22/12)
Di sisi lain, dia mengatakan ekspektasi pasar terhadap pemulihan konsumsi dan dorongan investasi, bersama dengan pandangan bahwa pendapatan per kapita negara telah melampaui US$ 5.000 juga telah meningkatkan prospek pertumbuhan secara keseluruhan.
"Oleh karena itu, BNI Sekuritas yakin kegiatan seperti initial public offering (IPO), dan upaya penggalangan dana lainnya akan terus berlangsung dengan semangat tinggi pada tahun 2024," kata Erwan dalam riset, Kamis (21/12).
BNI Sekuritas juga memperkirakan adanya potensi penurunan IHSG ke level 6.600 meski ada peluang naik hingga 8.400. “Hal ini tergantung pada dua hasil keputusan The Fed terkait suku bunga,” ujar dia.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,14% ke Level 7,209, BRIS, ESSA & BRPT Top Losers di LQ45
IHSG bisa mengalami penurunan jika The Fed tidak memangkas suku bunga acuan. IHSG bisa menguat dan menembus level 8.400 jika The Fed menurunkan suku bunga acuan dan berhasil mencegah terjadinya resesi di AS.
Erwan menambahkan bahwa BNI Sekuritas yakin terhadap optimisme pasar yang kembali meningkat pada awal tahun 2024. Hal itu didorong oleh kekhawatiran terhadap inflasi dan resesi yang sudah mulai mereda, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan kembali normal seiring dengan tren sebelum pandemi Covid-19.
“China tetap menjadi perhatian khusus dengan banyaknya konsensus yang pesimistis terkait risiko sektor properti, tantangan demografis, dan restrukturisasi rantai pasokan global,” kata dia.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.199,5 di Akhir Sesi Pertama, BRIS, EMTK, MEDC jadi Top Losers LQ45
Meski demikian, hubungan AS-China mungkin telah mencapai titik terendahnya. Selain itu, risiko tinggi geopolitik tercermin dalam konflik Israel-Gaza yang berpotensi meluas.
Dia mengatakan, pertumbuhan PDB Indonesia juga diperkirakan kembali ke normalisasi sekitar 5%, dengan risiko inflasi yang mungkin meningkat karena fenomena cuaca El-Nino.
“Tim makroekonomi kami memperkirakan Bank Indonesia akan melakukan pemotongan suku bunga sebesar 50 bps pada akhir 2024 sebagai langkah dalam mendukung pertumbuhan,” pungkas Erwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News