kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.890.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.297   22,00   0,14%
  • IDX 7.906   43,44   0,55%
  • KOMPAS100 1.113   5,40   0,49%
  • LQ45 820   4,38   0,54%
  • ISSI 268   1,64   0,62%
  • IDX30 424   2,02   0,48%
  • IDXHIDIV20 489   2,01   0,41%
  • IDX80 123   0,68   0,56%
  • IDXV30 129   0,45   0,35%
  • IDXQ30 137   0,61   0,45%

Bitcoin Tergelincir di Bawah US$113.000, Apakah US$112.000 Jadi Titik Dasar Terakhir?


Rabu, 20 Agustus 2025 / 09:45 WIB
Bitcoin Tergelincir di Bawah US$113.000, Apakah US$112.000 Jadi Titik Dasar Terakhir?
ILUSTRASI. Harga Bitcoin (BTC) kembali anjlok di bawah level US$113.000 untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua pekan. Penurunan tajam ini mengejutkan pasar kripto dan memicu likuidasi posisi long berleverage senilai US$113 juta. REUTERS/Benoit Tessier/Illustration


Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID. Harga Bitcoin (BTC) kembali anjlok di bawah level US$113.000 untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua pekan. Penurunan tajam ini mengejutkan pasar kripto dan memicu likuidasi posisi long berleverage senilai US$113 juta.

Melansir laman Cointelegraph, koreksi terjadi hanya beberapa hari setelah Bitcoin mencetak rekor tertinggi baru di US$124.176, sehingga memunculkan pertanyaan apakah tren bullish sudah berakhir di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Sebagai informasi, mengutip data Coinmarketcap Rabu (20/8/2025) pukul 09.37 WIB, harga Bitcoin ke US$113.329 atau terkoreksi 2,18% dalam 24 jam terakhir.

Baca Juga: Bitcoin Turun Menuju Level Terendah Dua Minggu

Faktor Pemicu: Investigasi SEC dan Kekecewaan di Sektor AI

Aksi jual semakin dalam setelah muncul laporan bahwa Securities and Exchange Commission (SEC) Amerika Serikat tengah menyelidiki dugaan penipuan dan manipulasi saham di Alt5 Sigma, perusahaan yang baru saja bermitra dengan World Liberty Financial milik Donald Trump dalam kesepakatan senilai US$1,5 miliar.

World Liberty, yang menampilkan Trump sebagai “co-founder emeritus” di situs resminya, telah menggalang dana sekitar US$550 juta lewat dua penawaran token publik.

Pada Juni lalu, Trump mengungkapkan meraup US$57,4 juta dari kepemilikannya di perusahaan tersebut, sementara Eric Trump dijadwalkan masuk ke jajaran direksi Alt5 Sigma.

Pasar kripto juga terbebani oleh pelemahan Nasdaq 100 sebesar 1,5%. Tekanan terjadi usai riset MIT NANDA menemukan bahwa 95% dari 300 proyek kecerdasan buatan (AI) korporasi gagal menghasilkan pertumbuhan pendapatan signifikan.

Baca Juga: Bitcoin Terkoreksi Pasca Cetak Rekor, Ini Saran Analis untuk Investor

Tarif Impor AS dan Kekhawatiran terhadap The Fed

Sentimen negatif makin dalam setelah AS memberlakukan tarif impor 50% terhadap 407 produk tambahan berbasis aluminium dan baja, mulai dari suku cadang mobil hingga bahan kimia khusus.

Kebijakan ini memicu kekhawatiran akan gangguan rantai pasok serta lonjakan harga konsumen.

UBS bahkan menaikkan proyeksi harga emas ke US$3.700 pada September 2026, didorong ekspektasi pelemahan dolar, pelonggaran kebijakan The Fed, serta kekhawatiran defisit fiskal AS. Hal ini menambah aliran modal keluar dari aset berisiko termasuk kripto.

Baca Juga: Setelah Cetak Rekor Tertinggi, Bitcoin Berpeluang Capai Level US$ 122.000 Pekan Ini

Pasar Derivatif Kripto Menunjukkan Ketakutan Ekstrem

Data pasar derivatif menunjukkan lonjakan permintaan proteksi downside. Skew opsi Bitcoin 30 hari (put-call delta) melonjak ke 12%, level tertinggi dalam lebih dari empat bulan.

Biasanya, indikator ini bergerak di kisaran -6% hingga +6%, sehingga angka di atas 10% menandakan ketakutan ekstrem.

Kondisi serupa terakhir terjadi pada April lalu, saat BTC turun di bawah US$74.500 sebelum akhirnya pulih 40% dalam sebulan.

Baca Juga: Profit Taking, Harga Bitcoin Anjlok Setelah Cetak Rekor

Tren Jangka Panjang Masih Bullish

Meski tekanan jangka pendek meningkat, analis menilai tidak ada bukti bahwa tren bull Bitcoin sudah berakhir. Ketakutan investor sering kali berlebihan dibanding realitas pasar.

Bahkan, Bitcoin bisa mendapat dorongan dari potensi arus keluar modal di pasar saham, sehingga turbulensi saat ini masih dianggap bagian dari konsolidasi dalam tren bullish jangka panjang.

Selanjutnya: Wijaya Karya (WIKA) Garap Proyek Irigasi Belimbing, Nilainya Rp 51,4 Miliar

Menarik Dibaca: Redmi Note 13 dengan Layar Full HD+, Super Terang di Luar Ruangan! Cek Ulasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×