kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.684.000   -8.000   -0,47%
  • USD/IDR 16.369   5,00   0,03%
  • IDX 6.575   42,82   0,66%
  • KOMPAS100 978   9,56   0,99%
  • LQ45 767   5,24   0,69%
  • ISSI 201   2,03   1,02%
  • IDX30 397   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 478   3,83   0,81%
  • IDX80 111   0,80   0,73%
  • IDXV30 117   1,03   0,88%
  • IDXQ30 132   1,00   0,77%

Bitcoin Rebound, Pasar Menanti Katalis Positif dari Jerome Powell dan Data Ekonomi AS


Rabu, 12 Februari 2025 / 09:41 WIB
Bitcoin Rebound, Pasar Menanti Katalis Positif dari Jerome Powell dan Data Ekonomi AS
ILUSTRASI. Potensi pergerakan harga Bitcoin masih berasal dari pidato Ketua The Fed Jerome Powell dan data ekonomi AS


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga Bitcoin pulih merespons langkah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menetapkan tarif 25% pada impor baja dan aluminium. Mengutip Coinmarketcap, Rabu (12/2) pukul 09.20 WIB, harga Bitcoin berada di posisi US$ 96.019.

Bitcoin (BTC) sebelumnya sempat terperosok di bawah US$ 95.000, setelah laporan muncul bahwa China akan menerapkan tarif pada impor energi dari AS, termasuk minyak mentah dan gas alam cair.

Di sisi lain, Ethereum (ETH) menjadi aset yang lebih diminati pekan lalu. Investor tampaknya melihat peluang beli setelah harga ETH anjlok ke sekitar US$ 2.100.

Data dari SosoValue menunjukkan perdagangan ETF Ethereum spot di AS menarik arus masuk sebesar US$ 420 juta, melampaui aliran dana ke ETF Bitcoin untuk pertama kalinya tahun ini.

Sementara itu, perdagangan ETF spot Bitcoin di AS tetap menunjukkan arus masuk positif sebesar US$ 203,54  juta selama periode 3-7 Februari 2025, meskipun investor tetap berhati-hati terhadap aset berisiko di tengah ketidakpastian global akibat kebijakan tarif AS.

Baca Juga: Cadangan Bitcoin Binance Turun US$355 Juta pada Januari 2025

Financial Expert Ajaib, Panji Yudha mencermati, potensi reli Bitcoin ke atas US$ 100.000 tetap terbuka, terutama dengan meningkatnya dukungan regulasi. Beberapa negara bagian AS mulai memperkenalkan undang-undang untuk membangun cadangan Bitcoin, memicu spekulasi tentang kemungkinan perlombaan akumulasi Bitcoin secara global.

Selain itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan menyampaikan testimoni kebijakan moneter setengah tahunan kepada Kongres pada 12-13 Februari 2025. Pernyataannya berpotensi menjadi pemicu pergerakan besar di pasar.

Jika Powell menunjukkan sikap dovish dan terbuka terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar, ini bisa menjadi angin segar bagi pasar aset kripto. Sebaliknya, jika ia menegaskan perlunya kebijakan ketat untuk menekan inflasi, aset berisiko seperti Bitcoin dan altcoin bisa menghadapi tekanan jual.

“Secara keseluruhan, meskipun pasar masih menghadapi ketidakpastian akibat kebijakan perdagangan dan data ekonomi yang akan datang, sentimen terhadap Bitcoin tetap optimistis. Dengan regulasi yang semakin bersahabat dan meningkatnya adopsi institusional, Bitcoin bisa segera menguji level psikologis US$ 100.000 dalam waktu dekat,” ujar Panji dalam siaran pers, Selasa (12/2).

Ajaib Kripto melihat dalam beberapa hari ke depan, pasar akan menyoroti beberapa laporan ekonomi utama yang dapat mempengaruhi pergerakan aset tradisional dan digital.

Baca Juga: Bitcoin Terkoreksi Usai Sentuh Harga Tertinggi, Pasar Kripto Tetap Optimistis

Pada Selasa (11/2), kesaksian Ketua The Fed, Jerome Powell, di hadapan Kongres menjadi peristiwa yang sangat dinantikan pekan ini. Powell dijadwalkan berbicara di hadapan Komite Perbankan Senat pada Selasa dan Komite Jasa Keuangan DPR pada Rabu.

Pernyataan Powell dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter The Fed, terutama setelah keputusan bank sentral AS untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil pada Januari lalu.

Kemudian, pada Rabu (12/2), pasar akan disajikan laporan inflasi AS dari Consumer Price Index (CPI). Laporan ini akan memberikan gambaran tingkat inflasi dari perspektif konsumen.

Para ekonom memperkirakan inflasi tahunan AS turun ke 2,8% dari 2,9% di Desember, sementara inflasi inti (Core CPI) diproyeksikan tetap di 3,3%. Jika inflasi lebih rendah dari ekspektasi, ini bisa menjadi katalis positif bagi Bitcoin dan aset digital lainnya, karena mengurangi kemungkinan kebijakan moneter ketat dari The Fed.

Pada Kamis (13/2), selanjutnya giliran laporan inflasi Producer Price Index (PPI) akan dirilis. Indeks ini mengukur perubahan harga di tingkat produsen dan menjadi indikator utama tekanan inflasi AS. Kenaikan PPI dapat menimbulkan kekhawatiran inflasi, tetapi juga bisa memperkuat narasi Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

Terakhir, pasar akan disajikan data penjualan ritel pada Jumat (14/2). Laporan ini akan memberikan wawasan tentang tren pengeluaran konsumen di AS.

Jika angka penjualan ritel kuat, ini menandakan daya beli masyarakat masih tinggi, yang dapat berdampak positif bagi pasar aset spekulatif seperti Bitcoin. Sebaliknya, data yang lemah bisa mendorong investor beralih ke Bitcoin sebagai aset lindung nilai.

Selanjutnya: Mau Transaksi Intraday Short Selling? Investor Wajib Tahu Ini!

Menarik Dibaca: Bingxue Ekspansi ke Bagan Riau, Cari Peluang di Daerah dengan Pertumbuhan Pesat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×