Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) berhasil menutup pekan dengan penguatan, kembali menembus level US$114.500 setelah sebelumnya melemah.
Berdasarkan data Cointelegraph Markets Pro dan TradingView, pasangan BTC/USD kini telah berhasil merebut kembali posisi di atas rata-rata pergerakan eksponensial (EMA) 21 minggu, level teknikal penting yang diawasi banyak trader.
Aksi beli tersebut memberi sinyal positif bagi pasar, meski sejumlah analis menilai momentum bullish masih rapuh.
Trader dan analis kripto Rekt Capital menyebut bahwa Bitcoin saat ini sedang “menikmati rebound kuat dari level bawah rentang makro,” seraya menambahkan bahwa harga masih berada dalam fase konsolidasi besar secara bulanan.
“Bitcoin masih berada dalam fase konsolidasi makro di dalam rentang bulanan. Bahkan, Bitcoin berpeluang menjadikan level tertinggi bulan September sebagai support baru di akhir bulan ini,” tulis Rekt Capital di platform X pada Minggu (19/10).
Tekanan Bearish Masih Terlihat di Time Frame Besar
Meski mengalami pemulihan harga, sejumlah analis tetap berhati-hati. Trader Roman menyoroti lemahnya volume perdagangan serta adanya divergensi bearish pada indikator RSI (Relative Strength Index) di grafik jangka panjang.
Baca Juga: Pasar Kripto Bangkit, Cek Proyeksi Harga Bitcoin dan Ethereum
“Saya memperhatikan potensi pola Head & Shoulders bearish di time frame tinggi. Pola ini akan terkonfirmasi jika harga menembus level US$109.000,” ujarnya melalui X, Senin (20/10).
Sementara itu, akun analisis HTL-NL menilai pergerakan BTC/USD masih berada dalam pola segitiga melebar (expanding triangle), menandakan kondisi pasar secara keseluruhan belum banyak berubah meski harga sempat naik.
Data dari CoinGlass juga memperlihatkan bahwa volatilitas tinggi membuat harga menembus level likuidasi baik di sisi atas maupun bawah.
The Fed Diprediksi Turunkan Suku Bunga, Pasar Saham Menguat
Fokus investor kini tertuju pada keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang akan diumumkan pada Rabu (23/10). Pelaku pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 0,25%, dengan peluang mencapai lebih dari 95% menurut data CME FedWatch Tool.
Kondisi ini diperkuat oleh data inflasi (CPI) minggu lalu yang menunjukkan hasil di bawah ekspektasi, memperkuat sentimen positif terhadap aset berisiko, termasuk kripto.
Analis pasar dari The Kobeissi Letter menyebut bahwa minggu ini akan menjadi periode krusial bagi pasar keuangan global, terutama karena sejumlah raksasa teknologi seperti Microsoft, Meta, dan Amazon akan merilis laporan keuangan kuartalan.
Baca Juga: Kompresi Harga Bitcoin Diprediksi Picu Lonjakan, Menuju US$ 120.000?
Selain itu, kabar positif datang dari perundingan dagang AS–China. Setelah sempat memicu kekhawatiran akibat ancaman tarif tinggi, Washington mengumumkan bahwa kesepakatan perdagangan hampir rampung. Presiden Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Xi Jinping pada Kamis (24/10).
Kabar tersebut mendorong lonjakan futures indeks saham AS, dengan S&P 500 tercatat menambah kapitalisasi pasar sekitar US$3 triliun sejak pertengahan Oktober.
“Ini adalah pasar paling menguntungkan sepanjang sejarah,” tulis The Kobeissi Letter.
AI Prediksi Bitcoin Bisa Capai US$125.000 Bulan Ini
Ekonom jaringan Timothy Peterson turut memberikan pandangan optimistis, menilai bahwa pemangkasan suku bunga dan potensi pelonggaran moneter (quantitative easing/QE) akan menjadi katalis kuat bagi pasar kripto.
“Suku bunga masih terlalu tinggi, tapi QE akan datang. Semua penurunan hanya bersifat sementara. Tren jangka panjang tetap naik,” ujarnya.
Berdasarkan simulasi berbasis AI yang dikembangkan Peterson, target harga Bitcoin kini berada di kisaran US$115.000, dengan potensi mencapai US$125.000 sebelum akhir Oktober 2025.
Baca Juga: NYDIG: Bitcoin Bukan Pelindung Inflasi, tapi Menguat Saat Dolar Melemah
Peterson menegaskan bahwa valuasi Bitcoin secara fundamental masih sejalan dengan hukum Metcalfe, yang mengaitkan pertumbuhan jaringan Bitcoin dengan nilai pasarnya.
“Uptober” Kembali Hijau, Holder Jangka Pendek Bernapas Lega
Meski volatilitas tinggi, kinerja “Uptober” 2025 — istilah yang digunakan untuk menyebut tren positif harga Bitcoin di bulan Oktober — mulai kembali ke zona hijau. Pada level US$115.000, harga BTC kini sekitar 1% lebih tinggi dibandingkan pembukaan bulan Oktober, menghindari potensi penutupan bulan merah.
Data Crypto Fear & Greed Index menunjukkan sentimen pasar berada di zona netral, menandakan keseimbangan antara ketakutan dan optimisme.
Menariknya, jika BTC/USD berhasil menutup bulan di atas US$115.750, maka itu akan menjadi penutupan bulanan tertinggi dalam sejarah Bitcoin.
Selain itu, data CryptoQuant mengungkap bahwa short-term holders (STH) atau investor jangka pendek kini kembali mencatatkan keuntungan setelah harga melewati level US$113.000 — level rata-rata pembelian mereka.
“Persentase pasokan Bitcoin dalam kondisi untung kini naik ke 83,6%. Ini menunjukkan investor kembali bersedia menahan BTC dengan ekspektasi kenaikan lebih lanjut,” tulis analis Darkfost dari CryptoQuant.
Selanjutnya: Kinerja Saham Lapis Kedua Mulai Tersendat, Begini Saran Analis
Menarik Dibaca: 5 Kesalahan Pakai Conditioner Setelah Keramas, Bikin Rambut Lepek!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













