kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.829   1,00   0,01%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Bitcoin Mulai Berada dalam Tren Penguatan, Ada Peluang Melaju ke Level US$ 95.000


Selasa, 15 April 2025 / 20:54 WIB
Bitcoin Mulai Berada dalam Tren Penguatan, Ada Peluang Melaju ke Level US$ 95.000
ILUSTRASI. Pasar kripto secara umum menghijau dalam satu pekan terakhir. Pun, harga Bitcoin (BTC) yang sempat melemah ke level US$ 75.000 telah kembali ke level US$ 85.000 dan masih terus bergerak di area tersebut sejak Sabtu (12/4). Harganya diperkirakan masih bisa melaju ke level US$ 95.000. IMAGO/Andreas Franke


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasar kripto secara umum menghijau dalam satu pekan terakhir. Pun, harga Bitcoin (BTC) yang sempat melemah ke level US$ 75.000 telah kembali ke level US$ 85.000 dan masih terus bergerak di area tersebut sejak Sabtu (12/4). Harganya diperkirakan masih bisa melaju ke level US$ 95.000. 

Menurut Trading Economics, Selasa (15/4) pukul 20.00 WIB, BTC dibanderol di harga US$ 85.486, naik 1,12% secara harian. Secara kumulatif sebulan, peningkatannya bahkan mencapai 3,55%. 

Pergerakan harga yang cenderung positif ini dipengaruhi beberapa hal. Di antaranya yaitu pelonggaran kebijakan tarif AS secara khusus terhadap negara-negara yang tidak memberlakukan kenaikan tarif balasan, serta data inflasi CPI Maret yang lebih baik dari ekspektasi.

Baca Juga: Rebound Bitcoin Tersendat, Masih Kuat Menanjak atau Rawan Jatuh?

Namun begitu, sentimen tersebut belum cukup mendorong reli lanjutan. Analis Reku Fahmi Almuttaqin menyebut, Bitcoin masih terus mencoba menembus garis tren sideways minggu ini. Jika berhasil, potensi kenaikan hingga level US$ 95.000 bukan tidak mungkin terjadi. 

“Akan tetapi, potensi penurunan dari level yang ada saat ini hingga menyentuh area US$ 74.000 cukup terbuka. Data penjualan ritel AS yang akan dirilis pada 16 April ini menjadi salah satu variabel yang cukup diantisipasi oleh para investor,” sebut Fahmi dalam keterangan tertulis, Selasa (15/4).

Data tersebut, lanjut Fahmi, akan mencerminkan tingkat kepercayaan diri konsumen AS di tengah perkembangan kebijakan ekonomi dan outlook ke depan yang ada. Dus, itu dapat menjadi gambaran risiko resesi dan inflasi yang membayangi ekonomi saat ini. 

Baca Juga: Harga Bitcoin Diprediksi Masih Mampu Tembus US$1,8 Juta Meski Peminat Berkurang

Selain itu, Fahmi juga menyebut data uang beredar M2 yang akan dirilis pada 22 April mendatang akan turut menjadi variabel yang bisa dicermati investor. Untuk diketahui, data M2 bulan Februari diketahui berada di angka US$ 21,671 miliar, salah satu angka tertingginya sepanjang masa. 

“Berlanjutnya peningkatan suplai uang beredar dapat mendorong pertumbuhan aset-aset berisiko ketika situasi dirasa telah lebih kondusif,” kata Fahmi. 

Selanjutnya, sentimen yang mempengaruhi pasar kripto yaitu indeks kekuatan dolar AS (DXY). DXY mencapai level terendahnya sejak April 2022 di kisaran 99 sejak Minggu (13/4) lalu. 

Ini bisa memicu investor mencari aset alternatif seperti bitcoin dan altcoin yang likuiditasnya tinggi dan kapitalisasi pasarnya cukup solid. Secara historis, hal serupa pernah terjadi pada 2017.

Di tengah situasi yang ada, Fahmi menghimbau investor untuk tidak terlalu khawatir dengan prospek pasar kripto ke depan.Investor dapat memantau perkembangan pasar terkini melalui berbagai sumber informasi yang akurat dan mudah dimengerti.

Selain itu, strategi dollar cost averaging (DCA) dapat diterapkan oleh investor pemula. Strategi ini dilakukan dengan mengakumulasi aset secara bertahap setiap periode tertentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×