Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina, Dityasa H Forddanta, Cindy Silviana Sukma | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Bisnis properti melambat pada tahun ini. Satu indikasinya, nilai prapenjualan (marketing sales) sebagian pengembang properti papan atas menyusut di paruh pertama tahun ini.
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), misalnya, mencetak marketing sales Rp 2,46 triliun selama semester I 2014. Jumlah ini menurun 22,64% year-on-year (yoy).
Kondisi serupa dialami PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Di semester I 2014, BSDE membukukan marketing sales Rp 2,75 triliun, atau merosot 34,37% (yoy). Meski menyusut, manajemen bilang, "Hasilnya sejalan dengan target," ungkap Hermawan Wijaya, Sekretaris Perusahaan BSDE, Rabu (9/7) lalu.
Adapun, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) meraih marketing sales Rp 3,4 triliun di semester I 2014, menyusut 38% (yoy). Khusus Juni 2014, marketing sales-nya merosot 55% month-on-month (mom) menjadi Rp 468 miliar. Pencapaian marketing sales CTRA di semester pertama setara 34% dari target tahun ini senilai Rp 10 triliun.
Tulus Soesanto, Sekretaris Perusahaan CTRA, menjelaskan, penurunan marketing sales pada Juni disebabkan beberapa faktor. "Juni-Juli ini bertepatan dengan momen pilpres, puasa dan lebaran, libur sekolah, dan Piala Dunia. Ini membuat pasar properti agak sepi," tutur dia, Kamis (10/7) lalu.
Tulus yakin mampu mencapai target marketing sales di akhir 2014 karena pemilu telah usai. "Masih banyak proyek yang akan kami luncurkan di semester kedua," kata dia.
Analis MNC Securities Reza Nugraha menilai, penurunan marketing sales emiten properti dipicu kenaikan BI rate menjadi 7,5% tahun lalu. Selain itu, ada pengetatan likuiditas kredit bagi pembeli maupun pengembang properti. Kondisi politik Indonesia juga menyebabkan investor menahan investasi. "Investor menunggu siapa presiden terpilih," ungkap Reza.
Dua lembaga pemeringkat, Moody's Investor Service dan Fitch Ratings, juga memprediksi bisnis properti melemah tahun ini. Hitungan Moody's, pertumbuhan pendapatan pengembang properti nasional tahun ini melambat menjadi 11% dibandingkan pertumbuhan 2013 sebesar 29%.
Kepala Riset First Asia Capital David Nathanael Sutyanto memprediksi, perlambatan sektor properti belum berakhir di semester kedua tahun ini. "Meski pemilu usai, kondisi politik masih memanas hingga September. Bisa jadi, investor masih menahan pembelian," ucap dia.
Tak hanya itu, potensi kenaikan BI rate masih terjadi di paruh kedua 2014. Apalagi, setelah lebaran, inflasi berpotensi naik, target ekonomi belum tentu tercapai sehingga BI bisa menaikkan lagi bunga acuan.
Sementara, William Surya Wijaya, analis Asjaya Indosurya Securities, menilai, perlambatan ini hanya konsolidasi atas kenaikan harga properti yang terlampau tinggi di tahun sebelumnya. "Recurring income bisa sedikit mengkompensasi pelambatan penjualan properti," ungkap dia. Terkait hal itu, William merekomendasikan ASRI, PWON, dan SMRA sebagai saham yang layak koleksi.
David juga masih melihat ada beberapa saham properti layak koleksi, misalnya BSDE dan SMRA. "Pilih yang punya cadangan lahan masih besar, karena terjamin kinerja ke depannya," tambah dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News