Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perlambatan sektor properti yang terjadi sepanjang semester satu tahun ini telah berdampak pada penurunan hasil pra penjualan (marketing sales) sebagian besar pengembang properti.
Reza Nugraha, analis MNC Securities mengatakan, menurunnya marketing sales ini sesuai dengan proyeksi sebelumnya, karena kenaikan suku bunga BI menjadi 7,5% pada tahun lalu, dan pengetatan likuiditas kredit bagi pembeli maupun pengembang properti. "Akibat pengetatan kredit, pengembang harus merogeh kantong sendiri untuk membangun properti. Padahal, dulu mereka (pengembang) masih dapat menggunakan uang muka untuk modal konstruksi," tuturnya.
Tak hanya itu, kondisi politik pemilu Indonesia beberapa waktu lalu juga menjadi salah satu faktor yang membuat investor sedikit menahan investasi di Indonesia. "Investor cenderung untuk menunggu siapa Presiden terpilih, sehingga mereka tidak belanja properti," ungkap Reza.
Faktor lainnya, momen puasa dan lebaran yang umumnya bukan menjadi momen yang baik dalam penjualan properti. Dengan demikian, banyak faktor yang membuat marketing sales properti menurun di semester satu.
David Nathanael Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital menambahkan, pelambatan sektor properti masih belum berakhir pada semester dua tahun ini. "Meski pemilu telah usai, namun kondisi politik masih memanas hingga September nanti. Bisa jadi, investor masih menahan pembelian," ucap David.
Tak hanya itu, lanjutnya, potensi kenaikan suku bunga BI masih dapat terjadi di semester dua ini. Apalagi, setelah lebaran usai, inflasi berpotensi naik, target-target ekonomi belum tentu tercapai, sehingga Bank Indonesia dapat kembali menaikkan suku bunga.
"Secara umum, sektor properti bisa kembali melambat, dan marketing sales juga berpotensi turun, sebab kondisi politik dan ekonomi di semester dua ini belum dapat dikatakan stabil," tambahnya.
Meski demikian, David masih menyarankan beberapa emiten properti untuk dikoleksi. Seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). "Pilih yang memiliki cadangan lahan yang masih besar, karena masih terjamin kinerja ke depannya," tambah David.
Sebaliknya, ia merekomendasikan menahan posisi untuk saham BKSL dan APLN. "Masalah BKSL masih belum selesai. Sedangkan, kinerja APLN kurang begitu cerah, dengan melihat pusat perbelanjaan tidak se-atraktif seperti dulu," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News