Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas kinerja emiten komponen otomotif melaju kencang sepanjang kuartal pertama 2023. Top line dan bottom line kompak terdongkrak, yang sekaligus memoles pergerakan harga sahamnya.
Tengok saja kinerja PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) yang meraup pendapatan Rp 4,97 triliun, tumbuh 8,51% secara tahunan (YoY). Laba bersih anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini melonjak 92,13% menjadi Rp 432,93 miliar per Maret 2023.
Kinerja PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) tak kalah mentereng dengan lonjakan pendapatan 57,45% menjadi Rp 1,44 triliun. DRMA meraih laba bersih sebesar Rp 216 miliar, melejit 86,39% secara YoY.
PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) turut mencetak kinerja apik, dengan kenaikan pendapatan 7,62% menjadi Rp 1,27 triliun. Laba bersih SMSM melonjak 17,98% menjadi Rp 221,58 miliar pada kuartal I-2023.
Tak ketinggalan, bisnis emiten ban juga menggelinding naik. Pendapatan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) meningkat 5,21% menjadi Rp 4,44 triliun. Sedangkan laba bersihnya meroket 271,75% menjadi Rp 265,69 miliar.
Sementara itu, PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) sukses membalikkan kerugian US$ 1,34 juta pada kuartal I-2022 menjadi laba US$ 253.671 per Maret 2023. Pendapatan GDYR meningkat 5% menjadi US$ 44,07 juta.
Baca Juga: Harga Mobil LCGC Naik, Toyota Astra Motor (TAM) Klaim Tak Berpengaruh ke Penjualan
Strategi & Target Emiten
Presiden Direktur DRMA Irianto Santoso mengungkapkan, lonjakan kinerja bisnis sejalan dengan industri otomotif yang melaju positif. Peningkatan permintaan terhadap motor dan mobil turut mendongkrak penjualan komponen kendaraan bermotor.
Sejalan dengan meningkatnya pendapatan, DRMA juga mampu menekan biaya tetap. Sehingga efisiensi dan optimalisasi operasional menjadi lebih baik. "Perusahaan dapat meningkatkan margin laba bersih dan menghasilkan keuntungan lebih besar," ujar Irianto kepada Kontan.co.id, Senin (8/5).
Direktur AUTO Wanny Wijaya, mengamini kenaikan kinerja pada kuartal pertama sejalan dengan meningkatnya demand dari segmen manufaktur. Terlihat dari pertumbuhan penjualan roda dua dan roda empat yang naik masing-masing 44,5% dan 7%.
"Selain itu kami juga selalu menerapkan otomasi dan operational excellence di semua lini bisnis sehingga tercapai cost leadership dan efisiensi," kata Wanny.
Baca Juga: Periklindo Electric Vehicle Show Digelar 17-21 Mei 2023, Ini Deretan Brand Peserta
Chief Financial Officer SMSM, Ang Andri Pribadi, menimpali bahwa kinerja bisnis masih prospektif baik untuk pasar ekspor maupun domestik. Apalagi SMSM fokus di pasar replacement yang cenderung lebih stabil.
Di sisa tahun ini, SMSM menyiapkan sejumlah strategi bisnis. Di antaranya kerja sama dengan distributor domestik maupun ekspor untuk lebih fokus pada pengembangan pasar, memenuhi permintaan secara tepat waktu dan efisiensi produksi agar harga produk tetap kompetitif.
Dengan strategi itu, SMSM optimistis bisa mengamankan pertumbuhan penjualan sekitar 5%-10% di tahun ini. Sembari mempertahankan margin laba seperti tahun sebelumnya.
Sedangkan DRMA memasang target pertumbuhan pendapatan sebesar 25%, sehingga bisa mencapai sekitar Rp 5 triliun. DRMA mengejar margin laba bersih berada di level 10% pada tahun ini.
Sementara itu, AUTO tidak membeberkan target kinerja keuangan. Wanny hanya memberikan gambaran, prospek bisnis manufaktur masih akan mengacu pada target industri otomotif yang telah diproyeksikan oleh asosiasi, baik Gaikindo maupun AISI.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham yang Diuntungkan dan Dirugikan Saat Rupiah Perkasa
Rekomendasi Saham
Kinerja apik yang diraih pada kuartal I-2023 tercermin pada sebagian saham emiten komponen otomotif. Contohnya DRMA yang melejit 76,92% sejak awal tahun 2023. GJTL juga melaju di zona hijau sehingga saham jagoan Lo Kheng Hong ini mampu tumbuh 41,96% secara year to date (YtD).
Gerak saham AUTO tak kalah kencang dengan kenaikan 28,77% secara YTD. Begitu juga dengan SMSM yang mencetak return positif 10,42% sejak awal tahun 2023.
Meski begitu, tak semua saham emiten komponen otomotif otomatis mendapatkan respons positif dari pasar. Seperti GDYR yang hari ini turun 3,03% ke harga Rp 1.280. Secara YTD, gerak saham GDYR masih negatif 8,24%.
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto pun menyarankan agar pelaku pasar fokus pada saham-saham yang mampu bergerak positif merespons sentimen yang ada. "Meskipun sentimennya jelas, bukan berarti semua saham di sektor ini jadi layak beli," kata William.
Analis Ekuator Swarna Sekuritas, David Sutyanto memproyeksikan kinerja emiten komponen otomotif akan positif pada tahun ini. Hanya saja, investor sebaiknya kembali cermat melihat valuasi dan potensi pertumbuhan emiten.
Baca Juga: Menakar Peluang Datangnya Fenomena Sell In May and Go Away di Tahun Ini
David menjagokan saham yang tergolong big caps di segmen ini, yaitu AUTO dan GJTL. "Untuk emiten lainnya pertimbangkan faktor likuiditas dan fundamental sebelum masuk," ungkapnya.
Sementara itu, Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian merekomendasikan saham AUTO dan DRMA. Prospek bisnis keduanya dinilai positif dengan diversifikasi produk dan pelanggan yang menguasai pasar untuk roda dua dan empat.
Cermati support-resistance di area Rp 1.760-Rp 2.010 untuk saham AUTO dan area Rp 1.000-Rp 1.140 sebagai support-resistance saham DRMA. Ayu juga mengamati saham yang masih bergerak landai seperti GDYR, PT Indospring Tbk (INDS), dan PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT).
Bagi ketiga saham tersebut, Ayu menyarankan untuk wait and see terlebih dulu, lantaran sahamnya masih cenderung bergerak sideways. Adapun, William menyematkan rekomendasi buy saham GJTL dengan target harga Rp 830 - Rp 855 per lembar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News