Reporter: Annisa Aninditya Wibawa, Dyah Megasari |
JAKARTA. Otoritas moneter mulai mengendus penyebab mengapa rupiah melemah cukup tajam beberapa pekan terakhir. Gubernur BI, Darmin Nasution melihat banyak eksportir yang menyimpan dollar AS.
"Kami melihat ada sejumlah eksportir yang mulai menahan dollar dan disimpan di bank," ujarnya, Jumat (11/1).
Ia menyebut bahwa valuta asing (valas) sudah masuk ke bank di Indonesia, namun tidak ditukarkan ke dalam rupiah. Dikatakannya, eksportir membuat rekening masih dalam mata uang asing, sehingga tidak menambah suplai valas di pasar.
Darmin menjelaskan, sebetulnya dengan aturan setoran Devisa Hasil Ekspor (DHE), valas yang masuk semakin melimpah.
"Namun berhubung eksportir tidak menjual, suplai tidak bertambah. Kalaupun bertambah, suplai ini tidak mencukupi," tambah Darmin. Hal inilah yang kemudian membuat adanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
BI menduga dengan kuat, eksportir menahan karena mereka hanya baca transaksi berjalan. Padahal, seharusnya menurut BI, para eksportir juga membaca transaksi modal dan finansial.
Darmin menyebut, BI sudah melihat hal ini bergerak di luar proporsi. BI akan mengambil langkah agar rupiah kembali ke posisi fundamentalnya.
"BI sudah merumuskan dan mengambil langkah untuk mengendalikan situasi kembali ke porsi yang ideal," janji Darmin. Meski begitu, ia tidak mau memaparkan kebijakan apa yang diambil. Disebutnya, ini persoalan pengendalian pasar, bukan peraturan.
Hingga pukul 3:44 WIB, di Bloomberg, kurs rupiah terhadap dollar AS berada di titik 9.879 dan merupakan level tertinggi sejak awal 2013.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News