Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas |
JAKARTA. Sepekan ini, pergerakan rupiah terhadap dollar AS cukup liar. Pada perdagangan pagi ini, nilai tukar rupiah spot melemah kian dalam menuju Rp 9.900 per dollar AS. Di pasar offshore lebih parah lagi, nilai rupiah nyaris menyentuh 10.000 per dollar AS
Pada pukul 10.37 WIB, kurs rupiah spot terhadap dollar anjlok ke Rp 9.891, level terlemahnya sejak September 2009. Di pasar offshore, nilai kontrak non-delivery-forward (NDF) satu bulan rupiah pagi tadi mencapai Rp 9.970 per dollar AS. Untungnya pada pukul 11.10 WIB, kontrak NDF rupiah sudah melandai ke Rp 9.948.
Ekonom dan pengamat pasar valas melihat pergerakan rupiah saat ini sedang dalam masa kritis. Ekonom Standard Charterd, Fauzi Ichsan menyayangkan Bank Indonesia (BI) belum maksimal turun langsung ke pasar. "BI Belum memnafaatkan cadangan devisa secara optimal di tengah ketidakstabilan rupiah terhadap dollar AS," kata Fauzi kepada KONTAN, Jumat (11/1).
Fauzi bilang sepertinya telah terjadi panic buying di pelaku pasar sehingga rupiah terus anjlok terhadap mata uang paman Sam.
Melaju ke 10.000?
Fauzi memprediksi jika BI tidak melakukan langkah yang agresif menjaga rupiah, ada peluang rupiah melaju ke 10.000 di pekan depan.
Begitu juga Ekonom dan pengamat pasar valas dari Universitas Brawijaya, Rahmat Wibisono yang melihat ancaman kenaikan inflasi menyumbang tekanan bagi rupiah. Dia memprediksi rupiah masih di posisi antara 9.800-10.000 per dollar AS.
"Tekanan ini karena faktor fundamental internal dalam negeri sehingga performa mata uang Indonesia lebih buruk diantara negara Asia Tenggara lainnya," jelas Rachmat, Jumat (11/1).
Rachmat juga menyarankan agar pihak regulator lebih tegas terhadap eksportir-eksportir yang tidak menaruh dollar AS nya di dalam negeri. "Aturannya sudah ada, namun banyak yang melalaikan," ujar Rachmat.
Menurut Rachmat, eksportir enggan memasukkan pendapatannya dalam dollar AS ke dalam negeri karena kurangnya instrumen keuangan dengan return yang menguntungkan. "Para eksportir lebih memilih menyimpan dollar di Singapura karena return yang lebih menguntungkan," lanjut Rachmat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News