Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan atau BI rate memberi angin segar untuk pergerakan nilai tukar rupiah. Kemarin, mata uang Indonesia menguat tipis dan sempat mencapai Rp 10.700 per dolar Amerika Serikat (AS). Padahal, selama beberapa waktu belakangan ini, nilai tukar rupiah sulit beranjak dari kisaran Rp 10.800- Rp 11.300 per dolar AS. Sampai pukul 17.23 WIB kemarin, nilai tukar rupiah mencapai Rp 10.800 per dolar AS.
Hal itu mematahkan anggapan kalau BI rate turun nilai tukar rupiah akan anjlok. Penurunan BI rate kali ini justru malah membuat investor bernafsu memburu instrumen investasi dalam negeri. Investor menganggap penurunan suku bunga itu merupakan sinyal baik bagi ekonomi. "Kebanyakan mereka masuk ke pasar obligasi," ujar Juniman, ekonom Bank Internasional Indonesia (BII), kemarin.
Para investor juga menyerbu lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berlangsung kemarin. Apalagi, tren penurunan suku bunga juga terjadi di negara-negara lain. Saat ini, minat investor asing terhadap aset-aset berisiko tinggi pun sudah kembali muncul. Dus, para investor mulai kembali masuk ke pasar modal di negara-negara emerging market.
Eric Alexander Sugandi, Ekonom Standard Chartered Bank, menilai masih banyak investor asing yang akan menyusul masuk. "Lebih banyak investor asing yang akan masuk ke pasar obligasi," timpalnya. Walaupun risk appetite investor sudah kembali, mereka masih memilih instrumen yang berisiko rendah, seperti obligasi.
Para analis juga menganggap BI masih punya ruang cukup besar untuk kembali menurunkan suku bunga. Maklum saja, saat ini perbedaan suku bunga antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) dan Eropa masih lebar. "Kalau kondisi sosial politik oke, idealnya suku bunga Indonesia itu 7%," tandas Juniman. Menurutnya, sampai akhir tahun ini kurs rupiah bisa mencapai Rp 9.800 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News